1.
Pengertian
Behavior
Teori
Behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada hasil belajar dan tidak
memperhatikan pada proses berpikir siswa. Menurut teori ini, belajar dipandang
sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma
Stimulus-Respon, yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu terhadap
stimulus yang datang dari luar. Proses Stimulus-Respon (SR) yaitu
dorongan,rangsangan, respon serta penguatan. Ada beberapa jenis teori yang
dikemukakan oleh tokoh-tokoh Behaviorisme yaitu Teori Pengkondisian Klasikal
dari Ivan Pavlov, serta Teori Connectionism dari Edward Thornaike, Teori
Operant Conditioning dari B.F.Skinner.
Menurut
Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbantuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dan respon (R).
Teori
Thorndike disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
a.
Definisi
Teori Belajar Menurut Thordike
Teori
belajar Thorndike dikenal dengan “Connectionism” (Slavin, 2000). Hal ini
terjadi karena menurut pandangan Thorndike bahwa belajar merupakan proses
interaksi antara stimulus dan respon. Jadi perubahan tingkah laku akibat
kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak
konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Teori dari Thorndike dikenal pula
dengan sebutan “Trial and error” dalam menilai respon-respon yang terdapat bagi
stimulus tertentu.
b.
Eksperimen –
Eksperimen Thorndike
Pada
mulanya, model eksperimen Thorndike yaitu dengan mempergunakan kucing sebagai
subjek dalam eksperimennya Dengan konstruksi pintu kurungan yang dibuat
sedemikian rupa, sehingga kalau kucing menyentuh tombol tertentu, maka pintu
kurungan akan terbuka dan akhirnya kucing dapat keluar dan mancapai makanan (
daging ) yang ditempatkan di luar kurungan sebagai hadiah atau daya penarik
bagi kucing yang ingin mencari makanan di luar box tersebut.
Thordike
menafsirkan bahwa “kucing itu sebenarnya tidak mengerti cara membebaskan diri
dari kurungan itu, tetapi dia belajar mencamkan ( mempertahankan ) respon –
respon yang benar dan menghilangkan atau meninggalkan respon – respon yang
salah.”
Eksperimen Thorndike tersebut mempengaruhi pikirannya mengenai belajar pada taraf insansi ( human ).
Eksperimen Thorndike tersebut mempengaruhi pikirannya mengenai belajar pada taraf insansi ( human ).
c.
Ciri – Ciri
Belajar Menurut Thorndike
Adapun
beberapa ciri – ciri belajat menurut Thorndike, antara lain :
1.
Ada motif pendorong aktivitas
2.
Ada berbagai respon terhadap
sesuatu.
3.
Ada aliminasi respon - respon yang
gagal atau salah
4.
Ada kemajuan reaksi – reaksi
mencapai tujuan dari penelitiannya itu.
d.
Hukum –Hukum
Teori Belajar Thorndike
Thorndike
mengemukakan bahwa asosiasi antara stimulus dan respons mengikuti hukum-hukum
berikut:
Hukum
kesiapan
Yaitu
semakin siap suatu organisme memperoleh perubahan tingkah laku maka pelaksanaan
tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi
cenderung diperkuat.
Hukum
latihan
Yaitu
semakin sering suatu tingkah laku diulang/dilatih(digunakan) maka asosiasi
tersebut akan semakin kuat.
Hukum Akibat
Yaitu
hubungan stimulus respons cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan
cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
e.
Penerapan
Teori Belajar Thorndike
·
Guru harus tahu apa yang akan
diajarkan, materi apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan, kapan
harus memberi hadiah atau membetulkan respon. Oleh karena itu tujuan pedidikan
harus dirumuskan dengan jelas.
·
Tujuan pendidikan harus masih dalam
batas kemampuan belajar peserta didik. Dan terbagi dalam unit-unit sedemikian
rupa sehingga guru dapat menerapkan menurut bermacaam-macam situasi.
·
Agar peserta didik dapat mengikuti
pelajaran, proses belajar harus bertahap dari yang sederhana sampai yang
kompleks.
·
Dalam belajar motivasi tidak begitu
penting karena yang terpenting adalah adanya respon yang benar terhadap
stimulus.
·
Peserta didik yang telah belajar
dengan baik harus diberi hadiah dan bila belum baik harus segera diperbaiki.
·
Situasi belajar harus dibuat
menyenangkan dan mirip dengan kehidupan dalam masyarakat.
·
Materi pelajaran harus bermanfaat
bagi peserta didik untuk kehidupan anak kelak setelah keluar dari sekolah.
·
Pelajaran yang sulit, yang melebihi
kemampuan anak tidak akan meningkatkan kemampuan penalarannya.
f.
Kelebihan
Teori Belajar Thorndike
Dengan
sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik
akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem
pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
a.
Teori belajar Pavlov (Conditioning
theory)
Classic conditioning ( pengkondisian
atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui
percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan
dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi
yang diinginkan.
b.
Eksperimen –
Eksperimen Pavlov
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan
Pavlov tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, Pavlov mengadakan
eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang
memiliki kesamaan dengan manusia. Ia mengadakan percobaan dengan cara
mengadakan operasi leher pada seekor anjing, sehingga kelihatan kelenjar air
liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah
air liur anjing tersebut. Kini sebelum makanan diperlihatkan, maka yang
diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan
sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian
dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan
sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.
Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.
Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.
c.
Hukum-hukum belajar Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan
Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1). Law of Respondent Conditioning yakni hukum
pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan
(yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus
lainnya akan meningkat.
2). Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
2). Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
d.
Aplikasi teori Pavlov
Aplikasi teori Pavlov terhadap
pembelajaran siswa yaitu : mementingkan pengaruh lingkungan, mementingkan
bagian-bagian, mementingkan peranan reaksi, mengutamakan mekanisme terbentuknya
hasil belajar melalui prosedur stimulus respon, mementingkan peranan kemampuan
yang sudah terbentuk sebelumnya, mementingkan pembentukan kebiasaan melalui
latihan dan pengulangan, hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku
yang diinginkan.
e.
Kekurangan
Proses pembelajaran sangat tidak menyenangkan bagi siswa karena guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, Perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai belajar yang efektif. Guru tidak memperhatikan individual-differences.
Proses pembelajaran sangat tidak menyenangkan bagi siswa karena guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, Perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai belajar yang efektif. Guru tidak memperhatikan individual-differences.
f.
Kelebihan
Cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, daya tahan dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk- bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, daya tahan dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk- bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
4.
Teori Belajar B.F Skinner
dan Aplikasinya
a.
Sejarah Munculnya Teori Kondisioning
Operan B.F Skinner
Asas pengkondisian operan B.F
Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu
keluarnya teori-teori S-R. Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan
penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan
yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya
perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi
dengan lingkungannya.
b.
Kajian Umum Teori B.F Skinner
Inti dari teori behaviorisme Skinner
adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah
sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan
perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi yang
membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm
122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
1.
Belajar itu adalah tingkah laku.
2.
Perubahan tingkah-laku (belajar)
secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di
lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
3.
Hubungan yang berhukum antara
tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat
tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di
observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
4.
Data dari studi eksperimental
tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima
tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi
penguatan ini menjadi dua bagian:
- Penguatan
positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding).
- Penguatan
negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak
menyenangkan).
Belajar,
yang digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan
sebagai fungsi urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf).
c.
Prinsip
Belajar Teori Belajar Skinner
Dengan
demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
-
Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika
benar diberi penguat.
-
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
-
Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
-
Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
-
Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu
diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
-
Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya
-
Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
d.
Hukum-Hukum
Teori Belajar Skinner
Disamping
itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
1. Law of
operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2. Law of
operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka
kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
e.
Aplikasi Teori Skinner Terhadap
Pembelajaran.
Beberapa
aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
-
Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
-
Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan
dan jika benar diperkuat.
-
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
-
Materi pelajaran digunakan sistem modul.
-
Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
-
Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
-
Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
-
Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran
agar tidak menghukum.
-
Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
-
Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
-
Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat
mencapai tujuan.
-
Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
-
Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
-
Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
-
Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas
menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga
naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat,
administrasi kompleks.
f.
Analisis Perilaku Terapan Dalam
Pendidikan
Analisis
Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk
mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting
dalam bidang pendidikan yaitu
1. Meningkatkan
perilaku yang diinginkan.
2. Menggunakan
dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).
3. Mengurangi
perilaku yang tidak diharapkan.
g.
Kelebihan dan Kekurangan Teori
Skinner
Kelebihan
Pada teori
ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini
ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan
adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan.
Kekurangan
Beberapa
kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G.
1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa
lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii)
keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran
peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan
dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang
sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan
belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan
menjadi semakin berat.
Referensi :
Slavin, Robert
E. 2006. Education Psychology: theory and
practice.USA.:Pearson.
http://catatantanti.blogspot.co.id/2012/08/teori-belajar-thorndike-pavlop-dan.html