Penelitian
eksperimen adalah penelitian yang digunakan untu menjawab pertanyaan penelitian
tentang pengaruh sesuatu. Penelitian eksperimen adalah cara terbaik untuk
menentukan hubungan sebab akibat antara variable (Fraenkle, 2012: 265).
Macam-macam desain penelitian eksperimen yaitu sebagai berikut.
a.
Desain
Pre-eksperimental/poor experimental
design
Pada desain ini masih banyak variable
luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variable terikat (dependent variable). Jika menggunakan
desain penelitian ini, maka peneliti akan merasa kesulitan mengetahui
keefektifan variable bebas. Hal ini terjadi karena tidak adanya variable
kontrol dan sampel penelitian tidak dipilih secara acak (Fraenkle, 2012: 269).
Beberapa macam desain Pre-eksperimental/poor
experimental design, yaitu:
1)
The
One-Shot Case Study
Pada
the one-shot case study design, suatu
kelompok diberi suatu perlakuan dan variable terikat diobservasi untuk menilai
keefektifan perlakuan tersebut (Fraenkel, 2012: 269).
Karena
kelompok tidak diberi pre-test, maka peneliti tidak mengetahui keadaan awal
sebelum perlakuan diberikan. Oleh karena itu peneliti tidak mengetahui apakah
perlakuan yang diberikan benar-benar berpengaruh. Untuk memperbaiki desain ini,
maka peneliti bisa membandingkan dengan kelompok lain pada materi yang sama
namun menggunakan perlakuan yang berbeda.
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Model Number Head Together (NHT) terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa” dapat menggunakan desain the one-shot case study, yaitu siswa
kelompok eksperimen diberikan treatment berupa pembelajaran menggunakan model Number Head Together (NHT). Setelah
selesai pemberian treatment, siswa kelompok eksperimen diberikan posttest untuk
mengetahui pengaruh Number Head Together
(NHT) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2) The One-Group
Pretest-Posttest Design
Pada
desain penelitian ini, sebuah kelompok diobservasi sebelum dan sesudah diberi
perlakuan (Fraenkel, 2012: 269).
Desain
ini lebih baik dari pada the one-shot
case study. Beberapa atau semua perlakuan mungkin mempengaruhi hasil akhir
pembelajaran. Peneliti mungkin tidak begitu tahu apakah perbedan pretest dan
posttest merupakan akibat dari perlakuan yang diberikan. Untuk memperbaiki
desain ini, maka dapat membandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan
perlakuan apapun.
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Model Number Head Together (NHT) terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa” dapat menggunakan desain the one-grouppretest-posttest design,
yaitu siswa kelompok eksperimen diberikan prestest (O1) untuk mengetahui kemampuan awal siswa.Kemudian siswa
diberikan treatment (X) berupa
pembelajaran menggunakan model Number
Head Together (NHT).Setelah selesai pemberian treatment, siswa kelompok
eksperimen diberikan posttest (O2)
untuk mengetahui pengaruh Number Head
Together (NHT) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
3) The Static-Group
Comparison Design
Desain
ini menggunakan dua kelompok penelitian, namun kelompok yang digunakan sudah
dibentuk, bukan dipilih secara acak (Fraenkel, 2012: 270).
Pada
penelitian ini, sebuah kelompok diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain dibiarkan, setelah itu kedua kelompok
tersebut diobservasi (O1 dan O2) untuk mengetui pengaruh perlakuan yang diberikan.
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Model Number Head Together (NHT) terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa” dapat menggunakan desain the static-group comparison design,
yaitu siswa kelompok eksperimen diberikan treatment (X) berupa pembelajaran menggunakan model Number Head Together (NHT), sedangkan siswa kelompok kontrol
diberikan treatment berupa pembelajaran yang tidak menggunakan modelNumber Head Together (NHT). Setelah
selesai pemberian treatment, siswa kelompok eksperimen diberikan posttest (O1) untuk mengetahui pengaruh
Number Head Together (NHT) terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan sebagai pembanding juga
dilakukan posttest pada kelompok kontrol (O2).
4) The Static-Group
Pretest-Posttest Design
Desain
penelitian ini mirip dengan desain sebelumnya, tetapi peneliti menggunakan
pretest pada kedua kelompok penelitian (Fraenkel, 2012: 270).
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Model Number Head Together (NHT) terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa” dapat menggunakan desain the static-group pretest-posttest design,
yaitu siswa kelompok eksperimen diberikan prestest (O1) dan siswa kelompok kontrol juga diberi pretest (O2). Kemudian siswa kelompok
eksperimen diberi treatment (X)
berupa pembelajaran menggunakan model Number
Head Together (NHT), sedangkan siswa kelompok kontrol diberikan treatment
berupa pembelajaran yang tidak menggunakan modelNumber Head Together (NHT). Setelah selesai pemberian treatment,
siswa kelompok eksperimen diberikan posttest (O3) untuk mengetahui pengaruh Number Head Together (NHT) terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa dan posttest pada kelompok kontrol (O4). Selain itu juga dapat dihitung gain skor kelompok
ekperimen yaitu O3 – O1
dan gain skor kelompok kontrol O4
– O2.
b. True
experimental design
Hal
penting yang perlu diperhatikan dalam desain true experiment adalah subjek
penelitian yang dipilih secara acak (Fraenkel, 2012: 270).
1)
The
Randomized Posttest-Only Control Group Design
The randomized posttest-only control group design
melibatkan dua kelompok, kedua kelompok dipilih secara acak (Fraenkel, 2012: 271).
Symbol
X sebagai treatment, O sebagai penilaian dependent variable, R
sebagai symbol kelompok individu
yang dipilih secara acak, dan C sebagai kelompok kontrol. Karena
sample dipilih secara acak, maka karakteristik subjek, maturation, dan regresi statistic dapat dikontrol.
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Metode
Inkuiry terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa” dapat menggunakan
desain the randomized posttest only
control group design, yaitu siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
sama-sama dipilih secara acak (R1
dan R2).Kemudian siswa
kelompok eksperimen diberi treatment (X)
berupa pembelajaran menggunakan metode inkuiry, sedangkan siswa kelompok kontrol diberikan treatment (C) berupa pembelajaran yang tidak
menggunakanmetode inkuiry.Setelah selesai pemberian treatment, siswa kelompok
eksperimen diberikan posttest (O1)
untuk mengetahui pengaruh metode inkuiry terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis siswa dan posttest pada kelompok kontrol (O2).
2)
The
Randomized Pretest-Posttest Control Group Design
The randomized pretest-posttest control group design
berbeda dengan the
randomized posttest-only control group design karena menggunakan pretest.
Design ini melibatkan dua kelompok yang dipilih secara acak (Fraenkel, 2012: 271).
Skor
pretest dapat digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok penelitian
merupakan kelompok yang homogen atau mempunyai kemampuan yang sama.
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Metode
Inkuiry terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa” dapat menggunakan
desain the randomized pretest-posttest
control group design, yaitu siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
sama-sama dipilih secara acak (R1
dan R2). Untuk mengetahui
kemampuan awalnya, siswa kelompok eksperimen diberi pretest (O1) dan kelompok kontrol
diberi pretest (O2).Kemudian
siswa kelompok eksperimen diberi treatment (X)
berupa pembelajaran menggunakan metode inkuiry, sedangkan siswa kelompok kontrol diberikan treatment (C) berupa pembelajaran yang tidak
menggunakanmetode inkuiry.Setelah selesai pemberian treatment, siswa kelompok
eksperimen diberikan posttest (O3)
untuk mengetahui pengaruh metode inkuiry terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis siswa dan posttest pada kelompok kontrol (O4).
3)
The
Randomized Solomon Four-Group Design
The randomized Solomon four-group design mengkombinasi the pretest-posttest control group dan posttest-only control group designs.
Yang pertama, dua kelompok menggunakan the
pretest-posttest control group design, sedangkan dua kelompok lainnya
menggunakan the posttest-only control
group design (Fraenkel, 2012:
272).
The randomized Solomon four-group design
sangat baik dalam mengontrol validitas internal. Namun kelemahannya adalah
membutuhkan banyak sample.
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Metode
Inkuiry terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa” dapat menggunakan
desain the randomized Solomon four-group
design, yaitu terdapat dua kelompok eksperimen yang dipilih secara acak (R1 dan R3) dan dua kelompok kontrol yang dipilih secara acak (R2 dan R4). Untuk dua kelompok pertama yaitu, siswa kelompok
eksperimen diberi pretest (O1)
dan kelompok kontrol diberi pretest (O2).Kemudian
siswa kelompok eksperimen diberi treatment (X1)
berupa pembelajaran menggunakan metode inkuiry, sedangkan siswa kelompok kontrol diberikan treatment (C1) berupa pembelajaran yang
tidak menggunakanmetode inkuiry.Setelah selesai pemberian treatment, siswa
kelompok eksperimen diberikan posttest (O3)
dan posttest pada kelompok kontrol (O4).Untuk
dua kelompok selanjutnya, diberi treatment (X2)
berupa pembelajaran menggunakan metode inkuiry, sedangkan siswa kelompok kontrol diberikan treatment (C2) berupa pembelajaran yang
tidak menggunakanmetode inkuiry.Setelah selesai pemberian treatment, siswa
kelompok eksperimen diberikan posttest (O5)
dan posttest pada kelompok kontrol (O6).
4)
Random
Assignment with Matching
Untuk
membentuk kelompok yang ekuivaen, maka pasangan individu disesuaikan (matched) pada variable tertentu.
Pemilihan variable yang disesuaikan berdasarkan pada penelitian sebelumnya,
teori, dan atau pengalaman peneliti. Anggota-anggota yang telah disesuaikan
kemudian dikelompokan menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara
acak. Desain yang digunakan bisa posttest-only
control group design dan the
pretest-posttest control group design (Fraenkel, 2012: 272).
Simbol Mrmelambangkan anggota yang telah disesuaikan (matched) dan secara acak dikelompokkan
menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Metode
Inkuiry terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa” dapat menggunakan
desain the randomized posttest-only
control group design, using matched subject, yaitu terdapat dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang telah di matched kemudian di acak (Mr).
Kemudian siswa kelompok eksperimen diberi treatment (X) berupa pembelajaran menggunakan metode inkuiry, sedangkan siswa kelompok kontrol
diberikan treatment (C) berupa
pembelajaran yang tidak menggunakanmetode inkuiry.Setelah selesai pemberian
treatment, siswa kelompok eksperimen diberikan posttest (O1) dan posttest pada kelompok kontrol (O2).
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Metode
Inkuiry terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa” dapat menggunakan
desain the randomized pretest-posttest
control group design, using matched subject, yaitu terdapat dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang telah di matched kemudian di acak (Mr). Setelah itu, kedua
kelompok diberikan pretest, yaitu pretest untuk kelompok ekperimen (O1) dan pretest untuk kelompo
kontrol (O2).Kemudian
siswa kelompok eksperimen diberi treatment (X)
berupa pembelajaran menggunakan metode inkuiry, sedangkan siswa kelompok kontrol diberikan treatment (C) berupa pembelajaran yang tidak
menggunakan metode inkuiry.Setelah selesai pemberian treatment, siswa kelompok
eksperimen diberikan posttest (O3)
dan posttest pada kelompok kontrol (O4).
c. Quasi
experimental design
Quasi-Experimental Designs
tidak menggunakan pemilihan secara acak (Fraenkel, 2012: 275).
1) The Matching-Only
Design
Pada
the matching-only design, peneliti
menggunakan subjek yang sudah di-matches menjadi kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, tetapi samplenya tidak dijamin ekuivalen (Fraenkel, 2012: 275).
Inisal
M pada desain ini menunjukkan subjek
pada masing-masing kelompok telah dimatched
tetapi tidak secara acak dibentuk menjadi kelompok. Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Metode
Inkuiry terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa” dapat menggunakan
desain the randomized posttest-only
control group design, using matched subject, yaitu terdapat dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang telah di matched kemudian di acak (Mr). Kemudian siswa kelompok
eksperimen diberi treatment (X)
berupa pembelajaran menggunakan metode inkuiry, sedangkan siswa kelompok kontrol diberikan treatment (C) berupa pembelajaran yang tidak
menggunakan metode inkuiry.Setelah selesai pemberian treatment, siswa kelompok
eksperimen diberikan posttest (O1)
dan posttest pada kelompok kontrol (O2).
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Metode
Inkuiry terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa” dapat menggunakan
desain the randomized pretest-posttest
control group design, using matched subject, yaitu terdapat dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang telah di matched kemudian di acak (Mr). Setelah itu, kedua
kelompok diberikan pretest, yaitu pretest untuk kelompok ekperimen (O1) dan pretest untuk kelompo
kontrol (O2).Kemudian
siswa kelompok eksperimen diberi treatment (X)
berupa pembelajaran menggunakan metode inkuiry, sedangkan siswa kelompok kontrol diberikan treatment (C) berupa pembelajaran yang tidak
menggunakan metode inkuiry.Setelah selesai pemberian treatment, siswa kelompok
eksperimen diberikan posttest (O3)
dan posttest pada kelompok kontrol (O4).
2) Counterbalanced Designs
Counterbalanced designs
menggambarkan teknik lain dalam menyamakan penelitian dan membandingkan
kelompok. Pada penelitian ini, masing-masing kelompok mendapatkan semua
treatment, tetapi dengan urutan yang berbeda (Fraenkel, 2012: 275). Urutan yang
digunakan diilih secara acak.
Peneliti
dapat menentukan efektivitas berbagai macam perlakuan dengan membandingkan
rata-rata skor untuk semua kelompok pada saat posttest pada masing-masing
treatment.
3) Time-Series Design
A time-series designs
menggunakan penilaian atau obervasi secara berulang pada jangka waktu tertentu
sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Data dikumpulkan dari suatu kelompok
tunggal. Jika skor pretest yang diperoleh hampir sama dan menyebabkan nilai
posttest meningkat, maka peneliti lebih percaya diri bahwa perlakuan yang
digunakan menyebabkan peningkatan.
Efetivitas dari perlakuan pada time-series design sitentukan berdasarkan
analisis dari skor test yang merupakan hasil dari beberapa tes (Fraenkel, 2012: 276).
Pada
banyak penelitian terutama di sekolah, tidak mungkin memberikan delapan sampai
sepuluh kali instrument yang sama. Meskipun itu mungkin, pertanyaan yang serius
muncul terkait validitas instrument.
d. Factorial
Design
Factorial design
memperluas beberapa hubungan yang dapat diteliti pada penelitian eksperimen.
Desain ini bisa menggunakan atau tanpa pemilihan acak. Desain ini memberikan
kesempatan peneliti untuk mempelajari interaksi antara variable bebas dengan
satu atau lebih variable, yang disebut dengan moderator variables.
Moderator variables bisa merupakan treatment
variable atau subject characteristic
variables (Fraenkel, 2012: 277).
Desain ini merupakan modifikasi dari pretest-posttest control group design.
Desain factorial melibatkan suatu perlakuan dan satu kolompok kontrol, dan
moderator variable mempunyai dua level (Y1 dan Y2).
Penggunaan factorial design memungkinkan untuk menilai efek terpisah dari
variable bebas dan efek keduannya. Contoh
dari variable moderator adalah gender, yaitu missal Y1adalah siswa perempuan dan
Y2adalah siswa
laki-laki.
No comments:
Post a Comment