Wednesday, 14 October 2015

kerajaan hindu-buddha

1.      Masa Kerajaan Hindu-Budha
Koentjaraningrat, dalam bukunya Kebudayaan Jawa mengatakan bahwa bukti-bukti tertua mengenai adanya Negara Hindu-Jawa berupa prasasti-prasasti dari batu ditemukan dipantai utara Jawa Barat, kurang lebih 60 kilometer sebelah timur kota Jakarta dilembah sungai Cisadane. Adanya Negara-negara Hindu tersebut maka didalamnya juga terdapat kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu. Pada masa kerajaan Hindu  penyebaran agama Islam harus berhadapan dengan dua jenis lingkungan budaya kewajen, yaitu lingkungan budaya istana (Majapahit) yang telah menjadi canggih dengan mengolah unsur-unsur Hinduisme dan budaya pedeesaan (wong cilik) yang tetap hidup dalam kegelapan animism-dinamisme dan hanya kulitnya saja yang terpengaruh Hinduisme. Serta lingkungan buda jawa itu sendiri. Pada saat Islam masuk ke Jawa dan masih terdapat kerajaan-kerajaan Hindu-Budha maka ajaran Islam tidak mudah langsung diterima mereka, melainkan harus adanya sinkretisme dengan budaya-budaya setempat. Sinkretisme tersebut mengakibatkan terjadinya sedikit demi sedikit pemahaman tentang Islam di Jawa.
Ketika masyarakat Islam di Jawa sudah berhasil membentuk kerajaan Demak, Cirebon, dan banten, sebenarnya masih terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Budha yang masih tetap bertahan, yaitu kerajaan sunda dan Blambangan di ujung timur Jawa Timur. Masuknya Islam pada masa kerajaan Hindu-Budha memberikan tendangan tersendiri bagi lingkungan kerajaan karena mereka sulit untuk menerima agama/kepercayaan baru. Pada awalnya banyak raja menolak dengan ajaran-ajaran Islam yang mereka ketahui. Namun ketika agama Islam telah merebak di kota-kota pelabuhan pesisir utara Jawa, masyarakat yang masih melaksanakan peribadatan Hindu-Budha menyingkir ke pedalaman ke daerah pegunungan. Ketika Majapahit jatuh ke tangan tentara Islam. Demak pada sekitar decade ke-2 abad ke-16, di daerah pedalaman masih bertahan dengan ajarannya. Perlahan-lahan ajaran Islam diterima oleh mereka dengan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang mereka terima.
2.      Masa Kerajaan Islam di Jawa
Masuknya Islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu  bersamaan. Pada abad ke-7 sampai ke-10 M kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya sampai ke Malaka dan Kedah. Hingga sampai akhir abad ke-12 perekonomian Sriwijaya mulai melemah. Keadaan seperti ini dimanfaatkan Malaka untuk melepaskan diri dari Sriwijaya hingga beberapa abad kemudian Islam masuk keberbagai wilayah Nusantara dan pada abad 11 Islam sudah masuk di pulau Jawa.
a.       Kerajaan Islam Demak
Perkembangan kerajaan Islam di Jawa bersamaan dengan melemahnya posisi kerajaan Majapahit. Dengan melemahnya posisi kerajaan Majapahit memberikan peluang bagi para penguasa Islam di pesisir untuk membangun pusat kekuatan yang independen. Dibawah pimpinan Sunan Ampel dan Walisongo, bersepakat mengangkat Raden Fatah menjadi Raja pertama kerajaan Demak. Kerajaan Demak merupakan kerajaan terbesar di Pesisir/pantai utara Jawa.
Raden Fatah merupakan keturunan raja Majapahit, ia adalah putra terakhir raja Majapahit dari seorang Muslimah dari Campa. Pemerintahan Raden Fatah berlangsung kurang lebih diakhir abad ke-15 sampai awal abad ke-16. Dalam kepemimpinan Raden Fatah, kerajaan Demak dengan lambat laun menjadi pusat perkembangan agama Islam oleh para Wali. 
b.      Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang merupakan kelanjutan dan dianggap sebagai pewaris kerajaan Demak. Kesultanan yang berada di daerah Kertasura merupakan kerajaan Islam yanng pertama yang terletak dipedalaman pulau Jawa.
Raja atau Sulatan pertama kerajaan Pajang adalah Jaka Tingkir. Ia berasal dari Penging, dilereng Gunung Merapi. Jaka tingkir diangkat menjadi penguasa di Pajang oleh raja Demak  yang ketiga Sultan Trengggono, yang sebelumnya dinikahkan dengan putrinya.
Pada tahun 1546 raja Demak meninggal dunia. Setelah itu muncul kekacauan di ibu kota. Jaka Tingkir yang telah menjadi penguasa Pajanh itu dengan segera mengambil alih kekuasaan karena anak sulung sultan Trenggono yang menjadi pewaris tahta kesultanan, susuhunan Prawoto, dibunuh oleh kemenakannya, Aria Penangsang yang waktu itu menjadi penguasa di Jipang (Bojonegoro sekarang).
Setelah itu, segala benda pustaka milik kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang. Setelah menjadi Raja yang paling berpengaruh di Jawa, Jaka Tingkir mendapat gelar Sultan Hadiwijaya. Dalam kepemimpinannya ia memperluas kekuasaan kearah timur sampai ke daerah Madiun, di aliran anak sungai Bengawan Solo. Ia juga dapat menundukkan Blora dan Kediri. Pada pemerintahanya, kesenian dan kesusastraan keraton yang sudak maju di Demak dan di Jepara lambat laun dikenal juga dipedalaman Jawa.
Pada Tahun 1587 Sultan Pajang meninggal dunia dan dimakamkan di Butuh, sebelah barat taman kerajaan Pajang. Ia digantikan oleh menantunya, Aria Panggiri yang sebelumnya merupakan penguasa atau adipati di Demak. Riwayat kerajaan Pajang berakhir pada tahun 1618 M,
c.       Mataram
Babad Jawa mengatakan munculnya Mataram dimasukkan kedalam mitos Nyi Roro Kidul konon menjadi istri raja Mataram. Mataram jaya pada abad ke-17 sampai ke-18, para pujangga keraton berlomba-lomba mengetengahkan betapa tinggi kebangsawanan dan asal-usul nenek moyang, raja meninggal pada tahun  1584 M.
Raja pertama Mataram yaitu Ki Pamanahan tidak memakai gelar lebih besar dari raja Pajang. Dan anaknya memakai gelar Senopati Ing Alaga dan juga dipakai seterusnya oleh raja-raja Mataram. Pemerintah mataram menetapkan peraturan bagi penguasa setempat wajib membayar upeti. Pada abad ke-16 Mataram mengadakan perluasan daerah kekuasaan dari Malaka sampai daerah Cirebon. Puncak raja Mataram berkuasa, ia menguasai kerajaan Madiun(1590), pada tahun 1591 ia berusaha menduduki Kerajaan Kediri dan membangun tembok penghalang untuk melindungi diri dari musuh selesai tahun 1592-1593. Pada tahun 1598-1599 mengadakan serangan ke Tuban, setelah selesai peperangan ia menikah dengan Putri Raja Madiun. Perekonomian Mataram bergantung sepenuhnya pada pertanian.
d.      Cirebon
Kesultanan cirebon adalah kerajaan pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung Jati. 
Pada awal abad ke-16, Cirebon masih merupakan sebuah daerah kecil dibawah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Raja Pajajaran hanya menempatkan seorang juru labuhan yang bernama Pangeran Walangsungsang di wilayah ini. Pangeran Walangsungsang adalah seorang tokoh yang mempunyai hubungan darah dengan Raja Pajajaran. Ketika berhasil memajukan Cirebon, ia sudah menganut agama Islam. Disebutkan oleh Tome Pires bahwa Islam sudah ada di Cirebon sekitar tahun 1470-1475  M. Akan tetapi, orang yang berhasil meningkatkan status Cirebon menjadi sebuah kerajaan adalah Syarif Hidayatullah yang terkenal dengan gelar sunan Gunung Jati, pengganti dan keponakan dari Raja Walangsungsang. Dialah pendiri dinasti raj-raja Cirebon dan kemudian juga Banten.
Setelah berhasil membebaskan Cirebon dari kekeuasaan Pajajaran, Syarif Hidayatullah berusaha menundukkan kerajaan Pajajaran yang belum menganut Islam. Ia juga mengembangkan Islam keberbagai daerah, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali(Galuh), Sunda Kelapa, Banten. Setelah beliau wafat, ia digantika oleh cicitnya yang terkenal dengan gelar Pengeran Ratu/Panembahan Ratu. Setelah wafat, ia digantikan oleh putranya yang bergelar Panembahan Gerilaya. Setelah kepemimpinan Gerilaya kerajaan Cirebon tak lagi sebagai satu kerajaan, kerena dia telah menghendaki Cirebon dipimpin oleh dua puteranya yaitu Martawijaya(Samsuddin) dan Kartawijaya(Badruddin).
e.       Banten 
Kerajaan ini muncul, ketika anak muda Pasai keturunan Makkah datang ke Demak untuk mengabdi kepada Sultan Trenggono. Dia menjadi panglima perang dan dinikahkan dengan adiknya Sultan Demak. Dia berhasil menguasai Banten dengan menakhlukkan Portugis, dia adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Dalam penakhlukannya ia mengalami kesulitan yaitu kerajaan Pajajaran masih teguh memegang agama Hindu dan masih adanya perjanjian dengan Portugis.
Setelah dia mengundurkan diri dari kerajaan dan mendirikan sebuah tempat pendidikan agama di bukit yang bernama Gunung Jati (Cirebon), dia menyerahkan kepemimpinananya kepada puteranya Hasanuddin. Hasanuddin merupakan peletak dasar pengembangan agama Islam dan kerajaan Islam di Banten. Meski mengalami banyak rintangan dalam menyebarkan agama Islam, akhirnya ia mampu menguasai kunci-kunci kota yang ia duduki. Tak hanya kota Banten, ia juga berhasil menguasai Jakarta, Cirebon dan ia mendapat sebutan penguasa besar Jawa Barat.
Kerajaan banten masih berada dibawah naungan kerajaan Demak, sehingga pada tahun 1568 saat kekuasaan Demak beralih ke Pajang, Hasanuddin memerdekakan Banten. Oleh sebab itulah Hasanuddin dianggap sebagai Raja Islam pertama di Banten.
3.      Masa Indonesia Modern
Pada masa Indonesia Modern Islam di Jawa sudah mengalami banyak perkembangan, dari mulai tatanan masyarakatnya, hingga budaya yang berkembang dalam masyarakat. Struktur masyarakat di Jawa yang asli sudah terlanjur dirusak oleh struktur administrative  yang ditumpangkan diatasnya oleh pemerintah colonial sejak lebih dari satu abad lamanya. Demikian sebagai akibat dari itu, masyarakat desa di Jawa tidak mengenal kesatuan-kesatuan social dan organisasi adat yang sudah mantap, yang data berbuat kreatif sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut, teranglah bahwa masih ada banyak penghambat dalam hal melaksanakan pembangunan masyarakat desa di Jawa. Diantarannya masalah penghambat yang penting adalah :
a.       Mental orang Jawa yng terlalu nerima dan bersikap pasif dalam hidup.
b.      Tekanan penduduk yang telah menyebabkan rakyat pedesaan di Jawa itu menjadi miskin.
c.       Tidak adanya kepemimpinan desa yang aktif kreatif untuk dapat memimpin aktifited produksi yang bias member hasil tiga sampai empat kali lebih besar dari pada sekaranag tiap-tiap tahun.
Pembangunan masyarakat desa di Jawa rupa-rupanya masih akan merupakan suatu proses yang amat panjang. Islam di Jawa pada masa Indonesia modern ini masih terdapat sinkretisme budaya yang dipakai meskipun tidak seperti pada zaman pertama kali Islam masuk. Perkembangan Islam pada saat ini berkembang dengan pesat dan di dukung banyaknya media yang mendukungnya. Tetapi ajaran Islam sendiri justru mengalami penurunan dalam pelaksanaan syari’atnya, karena sudah terpengaruh dengan budaya-budaya modern.
Pelaksanaan ajaran Islam di Indonesia saat ini sudah banyak mengalami perkembangan yang dimana sebagian orang Islam sudah menjalankan ajaran Islam sesuai yang diajarkan Nabi Muhammad SAW hal ini juga dipengaruhi perkembangan  media yang sangat pesat. Perkembangan media ini juga banyak membantu penyebaran agama Islam secara lebih luas lagi. Islam di Indonesia ini megalami sinkretisme tergantung diman aderah itu, karena Indonesia terdiri dari berbagai macam kebudayaan yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H.M. Darori Amin, MA, Islam dan kebudayaan Jawa,Yogyakarta: Gama Media, 2000,hlm. 93.
Anasom, Merumuskan Kembali Interelasi Islam-Jawa,Yogyakarta: Gama Media, 2004, hlm.18.
Mukhlis Paeni, Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jakarta:Raja Grafindo persada,hlm.61


No comments:

Post a Comment