1.
Masa Kerajaan Hindu-Budha
Koentjaraningrat, dalam bukunya Kebudayaan
Jawa mengatakan bahwa bukti-bukti tertua mengenai adanya Negara Hindu-Jawa
berupa prasasti-prasasti dari batu ditemukan dipantai utara Jawa Barat, kurang
lebih 60 kilometer sebelah timur kota Jakarta dilembah sungai Cisadane. Adanya
Negara-negara Hindu tersebut maka didalamnya juga terdapat kerajaan-kerajaan
yang bercorak Hindu. Pada masa kerajaan Hindu
penyebaran agama Islam harus berhadapan dengan dua jenis lingkungan
budaya kewajen, yaitu lingkungan budaya istana (Majapahit) yang telah menjadi
canggih dengan mengolah unsur-unsur Hinduisme dan budaya pedeesaan (wong cilik)
yang tetap hidup dalam kegelapan animism-dinamisme dan hanya kulitnya saja yang
terpengaruh Hinduisme. Serta lingkungan buda jawa itu sendiri. Pada saat Islam
masuk ke Jawa dan masih terdapat kerajaan-kerajaan Hindu-Budha maka ajaran
Islam tidak mudah langsung diterima mereka, melainkan harus adanya sinkretisme
dengan budaya-budaya setempat. Sinkretisme tersebut mengakibatkan terjadinya
sedikit demi sedikit pemahaman tentang Islam di Jawa.
Ketika masyarakat Islam di Jawa sudah
berhasil membentuk kerajaan Demak, Cirebon, dan banten, sebenarnya masih
terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Budha yang masih tetap bertahan, yaitu
kerajaan sunda dan Blambangan di ujung timur Jawa Timur. Masuknya Islam pada
masa kerajaan Hindu-Budha memberikan tendangan tersendiri bagi lingkungan
kerajaan karena mereka sulit untuk menerima agama/kepercayaan baru. Pada
awalnya banyak raja menolak dengan ajaran-ajaran Islam yang mereka ketahui.
Namun ketika agama Islam telah merebak di kota-kota pelabuhan pesisir utara
Jawa, masyarakat yang masih melaksanakan peribadatan Hindu-Budha menyingkir ke
pedalaman ke daerah pegunungan. Ketika Majapahit jatuh ke tangan tentara Islam.
Demak pada sekitar decade ke-2 abad ke-16, di daerah pedalaman masih bertahan
dengan ajarannya. Perlahan-lahan ajaran Islam diterima oleh mereka dengan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang mereka terima.
2.
Masa Kerajaan Islam di Jawa
Masuknya Islam ke
daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu
bersamaan. Pada abad ke-7 sampai ke-10 M kerajaan Sriwijaya meluaskan
kekuasaannya sampai ke Malaka dan Kedah. Hingga sampai akhir abad ke-12
perekonomian Sriwijaya mulai melemah. Keadaan seperti ini dimanfaatkan Malaka
untuk melepaskan diri dari Sriwijaya hingga beberapa abad kemudian Islam masuk
keberbagai wilayah Nusantara dan pada abad 11 Islam sudah masuk di pulau Jawa.
a. Kerajaan Islam Demak
Perkembangan kerajaan
Islam di Jawa bersamaan dengan melemahnya posisi kerajaan Majapahit. Dengan
melemahnya posisi kerajaan Majapahit memberikan peluang bagi para penguasa
Islam di pesisir untuk membangun pusat kekuatan yang independen. Dibawah
pimpinan Sunan Ampel dan Walisongo, bersepakat mengangkat Raden Fatah menjadi
Raja pertama kerajaan Demak. Kerajaan Demak merupakan kerajaan terbesar di
Pesisir/pantai utara Jawa.
Raden Fatah merupakan
keturunan raja Majapahit, ia adalah putra terakhir raja Majapahit dari seorang
Muslimah dari Campa. Pemerintahan Raden Fatah berlangsung kurang lebih diakhir
abad ke-15 sampai awal abad ke-16. Dalam kepemimpinan Raden Fatah, kerajaan
Demak dengan lambat laun menjadi pusat perkembangan agama Islam oleh para
Wali.
b. Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang
merupakan kelanjutan dan dianggap sebagai pewaris kerajaan Demak. Kesultanan
yang berada di daerah Kertasura merupakan kerajaan Islam yanng pertama yang
terletak dipedalaman pulau Jawa.
Raja atau Sulatan
pertama kerajaan Pajang adalah Jaka Tingkir. Ia berasal dari Penging, dilereng
Gunung Merapi. Jaka tingkir diangkat menjadi penguasa di Pajang oleh raja
Demak yang ketiga Sultan Trengggono,
yang sebelumnya dinikahkan dengan putrinya.
Pada tahun 1546 raja
Demak meninggal dunia. Setelah itu muncul kekacauan di ibu kota. Jaka Tingkir
yang telah menjadi penguasa Pajanh itu dengan segera mengambil alih kekuasaan
karena anak sulung sultan Trenggono yang menjadi pewaris tahta kesultanan,
susuhunan Prawoto, dibunuh oleh kemenakannya, Aria Penangsang yang waktu itu
menjadi penguasa di Jipang (Bojonegoro sekarang).
Setelah itu, segala
benda pustaka milik kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang. Setelah menjadi Raja
yang paling berpengaruh di Jawa, Jaka Tingkir mendapat gelar Sultan Hadiwijaya.
Dalam kepemimpinannya ia memperluas kekuasaan kearah timur sampai ke daerah
Madiun, di aliran anak sungai Bengawan Solo. Ia juga dapat menundukkan Blora
dan Kediri. Pada pemerintahanya, kesenian dan kesusastraan keraton yang sudak
maju di Demak dan di Jepara lambat laun dikenal juga dipedalaman Jawa.
Pada Tahun 1587 Sultan
Pajang meninggal dunia dan dimakamkan di Butuh, sebelah barat taman kerajaan
Pajang. Ia digantikan oleh menantunya, Aria Panggiri yang sebelumnya merupakan
penguasa atau adipati di Demak. Riwayat kerajaan Pajang berakhir
pada tahun 1618 M,
c. Mataram
Babad Jawa mengatakan
munculnya Mataram dimasukkan kedalam mitos Nyi Roro Kidul konon menjadi istri
raja Mataram. Mataram jaya pada abad ke-17 sampai ke-18, para pujangga keraton
berlomba-lomba mengetengahkan betapa tinggi kebangsawanan dan asal-usul nenek
moyang, raja meninggal pada tahun 1584
M.
Raja pertama Mataram
yaitu Ki Pamanahan tidak memakai gelar lebih besar dari raja Pajang. Dan
anaknya memakai gelar Senopati Ing Alaga dan juga dipakai seterusnya oleh
raja-raja Mataram. Pemerintah mataram menetapkan peraturan bagi penguasa
setempat wajib membayar upeti. Pada abad ke-16 Mataram mengadakan perluasan
daerah kekuasaan dari Malaka sampai daerah Cirebon. Puncak raja Mataram
berkuasa, ia menguasai kerajaan Madiun(1590), pada tahun 1591 ia berusaha
menduduki Kerajaan Kediri dan membangun tembok penghalang untuk melindungi diri
dari musuh selesai tahun 1592-1593. Pada tahun 1598-1599 mengadakan serangan ke
Tuban, setelah selesai peperangan ia menikah dengan Putri Raja Madiun. Perekonomian
Mataram bergantung sepenuhnya pada pertanian.
d. Cirebon
Kesultanan cirebon
adalah kerajaan pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Syarif
Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung Jati.
Pada awal abad ke-16,
Cirebon masih merupakan sebuah daerah kecil dibawah kekuasaan Pakuan Pajajaran.
Raja Pajajaran hanya menempatkan seorang juru labuhan yang bernama Pangeran
Walangsungsang di wilayah ini. Pangeran Walangsungsang adalah seorang tokoh
yang mempunyai hubungan darah dengan Raja Pajajaran. Ketika berhasil memajukan
Cirebon, ia sudah menganut agama Islam. Disebutkan oleh Tome Pires bahwa Islam
sudah ada di Cirebon sekitar tahun 1470-1475
M. Akan tetapi, orang yang berhasil meningkatkan status Cirebon menjadi
sebuah kerajaan adalah Syarif Hidayatullah yang terkenal dengan gelar sunan
Gunung Jati, pengganti dan keponakan dari Raja Walangsungsang. Dialah pendiri
dinasti raj-raja Cirebon dan kemudian juga Banten.
Setelah berhasil
membebaskan Cirebon dari kekeuasaan Pajajaran, Syarif Hidayatullah berusaha
menundukkan kerajaan Pajajaran yang belum menganut Islam. Ia juga mengembangkan
Islam keberbagai daerah, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali(Galuh), Sunda
Kelapa, Banten. Setelah beliau wafat, ia digantika oleh cicitnya yang terkenal
dengan gelar Pengeran Ratu/Panembahan Ratu. Setelah wafat, ia digantikan oleh
putranya yang bergelar Panembahan Gerilaya. Setelah kepemimpinan Gerilaya
kerajaan Cirebon tak lagi sebagai satu kerajaan, kerena dia telah menghendaki
Cirebon dipimpin oleh dua puteranya yaitu Martawijaya(Samsuddin) dan
Kartawijaya(Badruddin).
e. Banten
Kerajaan ini muncul, ketika anak muda Pasai
keturunan Makkah datang ke Demak untuk mengabdi kepada Sultan Trenggono. Dia
menjadi panglima perang dan dinikahkan dengan adiknya Sultan Demak. Dia
berhasil menguasai Banten dengan menakhlukkan Portugis, dia adalah Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Dalam penakhlukannya ia mengalami
kesulitan yaitu kerajaan Pajajaran masih teguh memegang agama Hindu dan masih
adanya perjanjian dengan Portugis.
Setelah dia mengundurkan diri dari kerajaan dan
mendirikan sebuah tempat pendidikan agama di bukit yang bernama Gunung Jati
(Cirebon), dia menyerahkan kepemimpinananya kepada puteranya Hasanuddin.
Hasanuddin merupakan peletak dasar pengembangan agama Islam dan kerajaan Islam
di Banten. Meski mengalami banyak rintangan dalam menyebarkan agama Islam,
akhirnya ia mampu menguasai kunci-kunci kota yang ia duduki. Tak hanya kota
Banten, ia juga berhasil menguasai Jakarta, Cirebon dan ia mendapat sebutan
penguasa besar Jawa Barat.
Kerajaan banten masih berada dibawah naungan
kerajaan Demak, sehingga pada tahun 1568 saat kekuasaan Demak beralih ke
Pajang, Hasanuddin memerdekakan Banten. Oleh sebab itulah Hasanuddin dianggap
sebagai Raja Islam pertama di Banten.
3.
Masa Indonesia Modern
Pada masa Indonesia Modern Islam di Jawa
sudah mengalami banyak perkembangan, dari mulai tatanan masyarakatnya, hingga
budaya yang berkembang dalam masyarakat. Struktur masyarakat di Jawa yang asli
sudah terlanjur dirusak oleh struktur administrative yang ditumpangkan diatasnya oleh pemerintah colonial
sejak lebih dari satu abad lamanya. Demikian sebagai akibat dari itu,
masyarakat desa di Jawa tidak mengenal kesatuan-kesatuan social dan organisasi
adat yang sudah mantap, yang data berbuat kreatif sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut, teranglah bahwa
masih ada banyak penghambat dalam hal melaksanakan pembangunan masyarakat desa
di Jawa. Diantarannya masalah penghambat yang penting adalah :
a.
Mental orang Jawa yng terlalu nerima dan
bersikap pasif dalam hidup.
b.
Tekanan penduduk yang telah menyebabkan
rakyat pedesaan di Jawa itu menjadi miskin.
c.
Tidak adanya kepemimpinan desa yang
aktif kreatif untuk dapat memimpin aktifited produksi yang bias member hasil
tiga sampai empat kali lebih besar dari pada sekaranag tiap-tiap tahun.
Pembangunan masyarakat desa di Jawa
rupa-rupanya masih akan merupakan suatu proses yang amat panjang. Islam di Jawa
pada masa Indonesia modern ini masih terdapat sinkretisme budaya yang dipakai
meskipun tidak seperti pada zaman pertama kali Islam masuk. Perkembangan Islam
pada saat ini berkembang dengan pesat dan di dukung banyaknya media yang
mendukungnya. Tetapi ajaran Islam sendiri justru mengalami penurunan dalam
pelaksanaan syari’atnya, karena sudah terpengaruh dengan budaya-budaya modern.
Pelaksanaan ajaran Islam di Indonesia
saat ini sudah banyak mengalami perkembangan yang dimana sebagian orang Islam
sudah menjalankan ajaran Islam sesuai yang diajarkan Nabi Muhammad SAW hal ini
juga dipengaruhi perkembangan media yang
sangat pesat. Perkembangan media ini juga banyak membantu penyebaran agama
Islam secara lebih luas lagi. Islam di Indonesia ini megalami sinkretisme
tergantung diman aderah itu, karena Indonesia terdiri dari berbagai macam
kebudayaan yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H.M. Darori Amin, MA, Islam dan kebudayaan
Jawa,Yogyakarta: Gama Media, 2000,hlm. 93.
Anasom, Merumuskan Kembali
Interelasi Islam-Jawa,Yogyakarta: Gama Media, 2004, hlm.18.
Mukhlis Paeni, Sejarah
Kebudayaan Indonesia, Jakarta:Raja Grafindo persada,hlm.61
No comments:
Post a Comment