Friday, 30 October 2015

Penelitian Tindakan Kelas

Ada sedikitnya lima model penelitian tindakan. Kelima model tersebut sesuai dengan nama pengembangnya, yaitu model Kurt Lewin, Kemmis dan Taggart, Ebbut, Elliot, dan McKernan.
a.      Model Kurt Lewin
Model ini merupakan dasar atau acuan pokok dari adanya berbagai model penelitian tindakan lainnya, khususnya penelitian tindakan kelas. Kurt Lewin adalah orang yang pertama kali memperkenalkan ActionResearch. Konsep pokok penelitiannya terdiri dari empat komponen, yaitu: (a) Perencanaan/planning, (b) Tindakan/acting, (c) Pengamatan/observing, dan (d) Refleksi/reflecting(Setyawan, 2008: 3-4).
1)      Menyusun perencanaan (planning)
Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat RPP, mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dikelas, mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.
2)      Melaksanakan tindakan (acting)
Pada tahap ini peneliti melakukan tindakan tindakan yang telah dirumuskan dalam RPP, dalam situasi yang actual, yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup.
3)      Melaksanakan pengamatan (observing)
Pada tahap ini yang harus dilaksanakan adalah mengamati perilaku siswa siswi yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran. Memantau kegiatan diskusi atau kerja sama antar  kelompok, mengamati pemahaman tiap tiap siswa dalam penguasaan materi pembelajaran, yang telah dirancang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
4)      Melakukan refleksi (reflecting)
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya sampai  tujuan penelitian tindakan kelas tersebut tercapai.
b.      Model Kemmis dan Taggart
Model Kemmis dan Taggart merupakan pengemabangan dari model yang dikenalkan oleh Kurt Lewin. Perbedaannya hanya terletak pada komponen action dan observing dijadikan satu komponen/tindakan. Alasan penggambungan itu adalah adanya satu kesatuan waktu, artinya ketika tindakan berlangsung, maka observasi juga harus mulai dilakukan. Jadi model Kemmis dan Taggart mempunyai tiga komponen utama yaitu: planning, action (observing), dan reflecting.

c.       Model John Elliot
Desain ini pun merupakan pengembangan dari konsep dasar model Kurt Lewin. Di sini bahwa dalam satu “tindakan” terdiri dari beberapa langkah (step), yaitu langkah tindakan 1, 2, dan langkah tindakan 3. Dengan dasar pemikiran bahwa dalam suatu mata pelajaran terdiri dari beberapa pokok bahasan dan setiap pokok bahasan terdiri dari beberapa materi yang tidak dapat diselesaikan dalam satu kali tindakan di dalam suatu pembelajaran (Setyawan, 2008:5).

d.      Model Hopkins/Ebbut
Berpatokan pada desain-desain model penelitian tindakan para ahli pendahulunya, selanjutnya Hopkins menyusun desain yang dikenal Model Ebbut.Model ini terdiri dari tiga tingkatan atau daur.Pada tingkat pertama, ide dikembngkan menjadi langkah tindakan pertama, kemudian tindakan pertama tersebut dimonitor implementasi pengaruhnya terhadap subjek yang diteliti.Semua akibatnya dicatat secara sistematis termauk keberhasilan dan kegagalan terjadi.Catatan monitoring tersebut digunakan sebagai bahan revisi rencana untuk tahap kedua.
Pada tingkat kedua ini, rencana umum hasil revisi dibuat langkah tindakan yang akan dilaksanakan, monitoring efek tindakan tersebut secara detail dan digunakan sebagai bahan untuk masuk ke tingkat ketiga.
Pada tingkatan ini, tindakan seperti yang dilakukan pada tingkat sebelumnya dilakukan, didokumentasi efek tindakan, kemudian kembali ke tujuan umum penelitian tindakan untuk mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan dapat terpecahkan.Table siklus Ebbut seperti di bawah ini (Sukardi, 2009: 215).
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 3
ü  Ide awal, identifikasi permasalahan, tujuan dan manfaat
ü  Revisi rencana umum
ü  Revisi ide umum
ü  Langkah tindakan
ü  Langkah tindakan
ü  Rencana diperbaiki
ü  Monitoring efek tindakan
ü  Monitoring efek tindakan sebagai bahan untuk masuk ke tingkatan ketiga.
ü  Langkah tindakan
ü  Monitor efek tindakan sebagai bahan evaluasi tujuan penelitian.

a.      Model McKernan
Pada model McKernan, ide umum telah dibuat lebih rinci, yaitu dengan diidentifikasinya permasalahan, pembatasan masalah dan tujuan, penilaian kebutuhan subjek, dan dinyatakannya hipotesis atau jawaban sementara terhadap masalah di dalam setiap tindakan atau daur.
Yang juga perlu diperhatikan dalam model ini yaitu pada setiap daur tindakan yang ada selalu dievaluasi guna melihat hasil tindakan, apakah tujuan dan permasalahan penelitian telah dapat dicapai.Jika ternyata tindakan yang diberikan sudah dapat memecahkan masalah maka penelitian dapat diakhiri.Apabila hasil penelitian belum dapat memecahkan permasalahannya maka penelitian dapat masuk pada tingkatan berikutnya. Siklus mode Mckernan tersebut dapat dilihat seperti berikut (Sukardi, 2009: 216).
2.      Penelitian Pengembangan Bahan Ajar
Beberapa model desain pengembangan yaitu model Dick and Carrey, model ASSURE, dan model ADDIE.
a.      Model Dick and Carrey
Model desain sistem  pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick and Carey telah lama digunakan untuk menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik.Berikut ini bagan langkah-langkah model Dick &Carey (Benny, 2009: 100)

Model ini dikembangkan berdasarkan pada pendekatan sistem atau system approach terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran meliputi analisis, pengembangan, implementsi dan evaluasi. Di dalam model ini terdiri atas beberapa komponen dan sub komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktifitas pembelajran yang lebih besar. Model pengembangan ini tidak hanya diperoleh dari teori hasil dan hasil penelitian saja akan tetapi juga diperoleh dari pengalaman praktis dari lapangan. Implementasinya memerlukan proses yang sistematis dan menyeluruh.
Komponen sekaligus langkah-langkah utama dari model Dick dan Carey yaitu seperti pada gambar di atas diantaranya adalah: (1) mengidentifikasikan tujuan pembelajaran; (2) melakukan analisis instruksional; (3) menganalisis karakteristik siswa dan konteks pembelajaran; (4) merumuskan tujuan pembelajaran khusus; (5) mengembangkan instrumen penilaian; (6) mengembangkan strategi pembelajaran; (7) mengembangkan dan memilih bahan ajar; (8) merancang dan mengembangkan evaluasi formatif; (9) melaksanakan revisi terhadap program pembelajaran; (10) merancang dan mengembangakan evaluasi sumatif.
b.      Model ASSURE
Robert Heinich, Mechael  Molenda, Sharon Smaldino dan James Russel dalam bukuInstructional Media and The New Technologies of Instructionsmendesain model yang disebut “ASSURE”. Model ASSURE digunakan untuk menjamin keefektifan penggunaan media pembelajaran. Menurut Heinich et al yang dikutip dalam Angela E. Megaw langkah-langkah model ASSURE adalah sebagai berikut.
1)      (A) Analyze Learner Characteristicsatau Analisis Karakter Siswa
Tidak semua karakteristik siswa dapat dianalisis oleh guru. Beberapa karateristik siswa yang perlu dianalisis antara lain adalah banyaknya siswa dalam satu kelas, kelas atau kelompok umur, gender, factor sosioekonomi, budaya, etnik, deskripsi cara belajar siswa (audio, visual, atau kinestetik), motivasi siswa, kecemasan siswa, dan kompetensi siswa.
2)      (S)  State Objectivesatau Menetapkan Tujuan Pembelajaran
Penting untuk mengetahui tujuan pembelajaran dalam rangka untuk memilih metode dan media yang tepat.Heinich menggunakan formula ABCD untuk menentukan tujuan pembelajaran:
A =
Audience (menentukan peserta didik)
B =
Behavior (sebuah kata kerja yang mendeskripsikan konsep atau kemampuan baru yang akan dicapai setelah pembelajaran)
C =
Conditions (kondisi untuk pembiasaan, alat apa atau material apa yang akan digunakan untuk menunjukan penguasaan)
D =
Degree (menentukan tingkat ketelitian atau keahlian (apa itu sukses))
Alasan menentukan tujuan pembelajaran adalah untuk:
a)      Memilih media yang sesuai
b)      Mengatur lingkungan belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran
c)      Menentukan teknik penilaian dan isntrumen yang akan digunakan
3)      (S) Select Methods, Media and Materials atau Seleksi Media, Metode, dan Bahan
Proses seleksi terdiri dari tiga langkah yaitu:
a)      Menentukan metode yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Metode yang dipilih haruslah sesuai dengan profile siswa dalam mengembangkan fase analisis.
b)      Memilih media yang sesuai dengan metode yang digunakan. Macam-macam media yaitu audio (music dan suara), video, slide, grafik, dan computer multimedia.
c)      Memodifikasi atau mendesain material khusus sesuai dengan media yang dipilih.

4)      (U) Utilize Media and Materialsatau Memanfaatkan Bahan Ajar
Prinsip penggunaan media yaitu:
a)      Menggunakan media tanpa meniadakan media lain
b)      Tidak ada media yang sesuai untuk semua materi pembelajaran
c)      Menggunakan terlalu banyak media dapat membingungkan siswa
d)     Pengguanaan media pembelajaran seharusnya menjadi bagian dari pembelajaran tersebut
e)      Siswa seharusnya disiapkan menjadi pembelajar yang aktif
f)       Student seharusnya merespon penggunaan media.
5)      (R) Require Learner Participationatau Melibatkan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran
Langkah ini mendeskripsikan bagaimana supaya siswa aktif dan secara individual melibatkan diri dalam pembelajaran.Siswa dapat belajar dengan baik ketika mereka aktif dalam pembelajaran. Guru seharusnya dapat mengkombinasikan satu dengan beberapa strategi pembelajaran seperti Tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, dan strategi lain yang menyebabkan siswa aktif belajar. Semua aktivitas hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanipulasi informasi dan memberikan waktu untuk mempraktekan demonstrasi kemampuan mereka.
6)      (E) Evaluate and Reviseatau Evaluasi dan Revisi
Material yang telah digunakan dalam pembelajaran seharusnya dievaluasi dan direvisi.Tujuannya adalah untuk mengetahui efek pembelajaran untuk siswa.Langkah ini merupakan langkah penting dalam mendesain pembelajaran yang bagus.Evaluasi tidak hanya menyangkut pencapaian siswa tetapi juga proses pembelajaran, seleksi metode, dan media.Guru juga mengevaluasi penilaian, apakah penilaian tersebut dapat mengukur kemampuan siswa atau belum.
c.       Model ADDIE
Salah satu model desain pengembangan yang mudah dipelajari adalah model ADDIE. Model ini mempunyai lima fase atau tahapan utama yaitu, analisis, design, development, implementation dan evaluation. Kelima tahapan tersebut harus dilakukan secara sistematik.Model desain sistem pembelajaran ADDIE dengan komponen-komponennya (Benny, 2009: 127) dapat dilihat di bawah ini.
1.      Analysis (analisa)
Tiga segmen yang harus dianalisis yaitu siswa, pembelajaran, serta media untuk menyampaikan bahan ajarnya. Langkah-langkah dalam tahapan analisis ini setidaknya adalah: menganalisis siswa; menentukan materi ajar; menentukan standar kompetensi (goal) yang akan dicapai; dan menentukan media yang akan digunakan
2.      Design(desain/perancangan)
Menentukan kompetensi khusus, metode, bahan ajar, dan strategi pembelajaran.
3.      Development (pengembangan)
Memproduksi program dan bahan ajar yang akan digunakan dalam program pembelajaran.
4.      Implementation (implementasi/eksekusi)
Melaksanakan program pembelajaran dengan menerapkan desain atau spesifikasi program.
5.      Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
Melakukan evaluasi program pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.

No comments:

Post a Comment