Ada sedikitnya lima model penelitian tindakan. Kelima
model tersebut sesuai dengan nama pengembangnya, yaitu model Kurt Lewin, Kemmis
dan Taggart, Ebbut, Elliot, dan McKernan.
a. Model Kurt Lewin
Model ini
merupakan dasar atau acuan pokok dari adanya berbagai model penelitian tindakan
lainnya, khususnya penelitian
tindakan kelas. Kurt Lewin adalah orang yang pertama
kali memperkenalkan ActionResearch.
Konsep pokok penelitiannya terdiri dari empat komponen, yaitu: (a) Perencanaan/planning, (b) Tindakan/acting, (c) Pengamatan/observing, dan (d) Refleksi/reflecting(Setyawan, 2008: 3-4).
1)
Menyusun perencanaan (planning)
Pada tahap ini
kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat RPP, mempersiapkan fasilitas dan
sarana pendukung yang diperlukan dikelas, mempersiapkan instrument untuk
merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.
2)
Melaksanakan tindakan (acting)
Pada tahap ini
peneliti melakukan tindakan tindakan yang telah dirumuskan dalam RPP, dalam
situasi yang actual, yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup.
3)
Melaksanakan pengamatan (observing)
Pada tahap ini yang
harus dilaksanakan adalah mengamati perilaku siswa siswi yang sedang mengikuti kegiatan
pembelajaran. Memantau kegiatan diskusi atau kerja sama antar kelompok,
mengamati pemahaman tiap tiap siswa dalam penguasaan materi pembelajaran, yang
telah dirancang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
4)
Melakukan refleksi (reflecting)
Pada tahap ini yang
harus dilakukan adalah mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi,
menganalisis hasil pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan
bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya sampai tujuan penelitian
tindakan kelas tersebut tercapai.
b. Model Kemmis dan Taggart
Model Kemmis dan
Taggart merupakan pengemabangan dari model yang dikenalkan oleh Kurt Lewin.
Perbedaannya hanya terletak pada komponen action dan observing dijadikan satu
komponen/tindakan. Alasan penggambungan itu adalah adanya satu kesatuan waktu,
artinya ketika tindakan berlangsung, maka observasi juga harus mulai dilakukan.
Jadi model Kemmis dan Taggart mempunyai tiga komponen utama yaitu: planning,
action (observing), dan reflecting.
c. Model John Elliot
Desain ini pun
merupakan pengembangan dari konsep dasar model Kurt Lewin. Di sini bahwa dalam satu
“tindakan” terdiri dari beberapa langkah (step),
yaitu langkah tindakan 1, 2, dan langkah tindakan 3. Dengan dasar pemikiran
bahwa dalam suatu mata pelajaran terdiri dari beberapa pokok bahasan dan setiap
pokok bahasan terdiri dari beberapa
materi yang tidak dapat diselesaikan dalam satu kali tindakan di dalam suatu pembelajaran (Setyawan, 2008:5).
d. Model Hopkins/Ebbut
Berpatokan
pada desain-desain model penelitian tindakan para ahli pendahulunya,
selanjutnya Hopkins menyusun desain yang dikenal Model Ebbut.Model ini terdiri
dari tiga tingkatan atau daur.Pada tingkat pertama, ide dikembngkan menjadi
langkah tindakan pertama, kemudian tindakan pertama tersebut dimonitor
implementasi pengaruhnya terhadap subjek yang diteliti.Semua akibatnya dicatat
secara sistematis termauk keberhasilan dan kegagalan terjadi.Catatan monitoring
tersebut digunakan sebagai bahan revisi rencana untuk tahap kedua.
Pada
tingkat kedua ini, rencana umum hasil revisi dibuat langkah tindakan yang akan
dilaksanakan, monitoring efek tindakan tersebut secara detail dan digunakan
sebagai bahan untuk masuk ke tingkat ketiga.
Pada
tingkatan ini, tindakan seperti yang dilakukan pada tingkat sebelumnya
dilakukan, didokumentasi efek tindakan, kemudian kembali ke tujuan umum
penelitian tindakan untuk mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan
dapat terpecahkan.Table siklus Ebbut seperti di bawah ini (Sukardi, 2009: 215).
Tingkat 1
|
Tingkat 2
|
Tingkat 3
|
ü
![]() |
ü
![]() |
ü
Revisi ide umum
|
ü
Langkah tindakan
|
ü
Langkah tindakan
|
ü
Rencana diperbaiki
|
ü
![]() ![]() |
ü
![]() |
ü
Langkah tindakan
ü
Monitor efek tindakan sebagai bahan evaluasi tujuan
penelitian.
|
a.
Model McKernan
Pada model McKernan, ide
umum telah dibuat lebih rinci, yaitu dengan diidentifikasinya permasalahan,
pembatasan masalah dan tujuan, penilaian kebutuhan subjek, dan dinyatakannya
hipotesis atau jawaban sementara terhadap masalah di dalam setiap tindakan atau
daur.
Yang juga perlu diperhatikan
dalam model ini yaitu pada setiap daur tindakan yang ada selalu dievaluasi guna
melihat hasil tindakan, apakah tujuan dan permasalahan penelitian telah dapat
dicapai.Jika ternyata tindakan yang diberikan sudah dapat memecahkan masalah
maka penelitian dapat diakhiri.Apabila hasil penelitian belum dapat memecahkan
permasalahannya maka penelitian dapat masuk pada tingkatan berikutnya. Siklus
mode Mckernan tersebut dapat dilihat seperti berikut
(Sukardi, 2009: 216).
2.
Penelitian
Pengembangan Bahan Ajar
Beberapa model desain
pengembangan yaitu model Dick and Carrey, model ASSURE, dan model ADDIE.
a. Model Dick
and Carrey
Model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick and
Carey telah lama digunakan untuk menciptakan program pembelajaran yang efektif,
efisien dan menarik.Berikut ini bagan langkah-langkah model Dick &Carey (Benny, 2009: 100)
Model ini dikembangkan berdasarkan pada
pendekatan sistem atau system approach
terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran meliputi
analisis, pengembangan, implementsi dan evaluasi. Di dalam model ini terdiri
atas beberapa komponen dan sub komponen yang perlu dilakukan untuk membuat
rancangan aktifitas pembelajran yang lebih besar. Model pengembangan ini tidak
hanya diperoleh dari teori hasil dan hasil penelitian saja akan tetapi juga
diperoleh dari pengalaman praktis dari lapangan. Implementasinya memerlukan
proses yang sistematis dan menyeluruh.
Komponen sekaligus langkah-langkah utama
dari model Dick dan Carey yaitu seperti pada gambar di atas diantaranya adalah:
(1) mengidentifikasikan tujuan pembelajaran; (2) melakukan analisis instruksional;
(3) menganalisis karakteristik siswa dan konteks pembelajaran; (4) merumuskan
tujuan pembelajaran khusus; (5) mengembangkan instrumen penilaian; (6)
mengembangkan strategi pembelajaran; (7) mengembangkan dan memilih bahan ajar;
(8) merancang dan mengembangkan evaluasi formatif; (9) melaksanakan revisi
terhadap program pembelajaran; (10) merancang dan mengembangakan evaluasi
sumatif.
b. Model
ASSURE
Robert Heinich, Mechael Molenda, Sharon Smaldino dan James Russel dalam buku “Instructional
Media and The New Technologies of Instructions” mendesain model yang
disebut “ASSURE”.
Model ASSURE digunakan untuk menjamin keefektifan penggunaan
media pembelajaran. Menurut Heinich et al yang dikutip dalam Angela
E. Megaw langkah-langkah
model ASSURE adalah sebagai
berikut.
1)
(A) Analyze Learner Characteristicsatau Analisis Karakter Siswa
Tidak semua karakteristik siswa dapat dianalisis
oleh guru. Beberapa karateristik siswa yang perlu dianalisis antara lain adalah
banyaknya siswa dalam satu kelas, kelas atau kelompok umur, gender, factor
sosioekonomi, budaya, etnik, deskripsi cara belajar siswa (audio, visual, atau
kinestetik), motivasi siswa, kecemasan siswa, dan kompetensi siswa.
2)
(S)
State Objectivesatau Menetapkan Tujuan Pembelajaran
Penting untuk mengetahui tujuan pembelajaran dalam rangka untuk memilih
metode dan media yang tepat.Heinich menggunakan formula ABCD untuk menentukan tujuan pembelajaran:
A =
|
Audience (menentukan peserta didik)
|
B =
|
Behavior (sebuah kata kerja yang
mendeskripsikan konsep atau kemampuan baru yang akan dicapai setelah
pembelajaran)
|
C =
|
Conditions (kondisi untuk pembiasaan, alat apa atau material apa yang
akan digunakan untuk menunjukan penguasaan)
|
D =
|
Degree (menentukan tingkat ketelitian atau keahlian (apa itu
sukses))
|
Alasan menentukan
tujuan pembelajaran adalah untuk:
a) Memilih media yang
sesuai
b) Mengatur lingkungan
belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran
c) Menentukan teknik
penilaian dan isntrumen yang akan digunakan
3) (S) Select Methods, Media and Materials atau Seleksi Media, Metode,
dan Bahan
Proses seleksi terdiri dari tiga langkah yaitu:
a)
Menentukan metode yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan. Metode yang dipilih haruslah sesuai dengan profile siswa dalam
mengembangkan fase analisis.
b)
Memilih media yang sesuai dengan metode yang
digunakan. Macam-macam media yaitu audio (music dan suara), video, slide, grafik,
dan computer multimedia.
c)
Memodifikasi atau mendesain material khusus sesuai
dengan media yang dipilih.
4)
(U) Utilize Media and Materialsatau Memanfaatkan Bahan
Ajar
Prinsip penggunaan media yaitu:
a) Menggunakan media
tanpa meniadakan media lain
b) Tidak ada media yang
sesuai untuk semua materi pembelajaran
c) Menggunakan terlalu
banyak media dapat membingungkan siswa
d) Pengguanaan media
pembelajaran seharusnya menjadi bagian dari pembelajaran tersebut
e) Siswa seharusnya
disiapkan menjadi pembelajar yang aktif
f) Student seharusnya
merespon penggunaan media.
5) (R) Require Learner Participationatau Melibatkan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran
Langkah ini mendeskripsikan bagaimana supaya siswa aktif dan secara
individual melibatkan diri dalam pembelajaran.Siswa dapat belajar dengan baik
ketika mereka aktif dalam pembelajaran. Guru seharusnya dapat mengkombinasikan
satu dengan beberapa strategi pembelajaran seperti Tanya jawab, diskusi, kerja
kelompok, dan strategi lain yang menyebabkan siswa aktif belajar. Semua
aktivitas hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanipulasi
informasi dan memberikan waktu untuk mempraktekan demonstrasi kemampuan mereka.
6)
(E) Evaluate and Reviseatau Evaluasi dan Revisi
Material yang telah digunakan dalam pembelajaran
seharusnya dievaluasi dan direvisi.Tujuannya adalah untuk mengetahui efek
pembelajaran untuk siswa.Langkah ini merupakan langkah penting dalam mendesain
pembelajaran yang bagus.Evaluasi tidak hanya menyangkut pencapaian siswa tetapi
juga proses pembelajaran, seleksi metode, dan media.Guru juga mengevaluasi
penilaian, apakah penilaian tersebut dapat mengukur kemampuan siswa atau belum.
c.
Model ADDIE
Salah satu model desain pengembangan
yang mudah dipelajari adalah model ADDIE. Model ini mempunyai lima fase atau
tahapan utama yaitu, analisis, design, development, implementation dan
evaluation. Kelima tahapan tersebut harus dilakukan secara sistematik.Model
desain sistem pembelajaran ADDIE dengan komponen-komponennya (Benny, 2009: 127)
dapat dilihat di bawah ini.
1.
Analysis (analisa)
Tiga segmen yang harus
dianalisis yaitu siswa, pembelajaran, serta media untuk menyampaikan bahan
ajarnya. Langkah-langkah dalam tahapan analisis ini setidaknya adalah:
menganalisis siswa; menentukan materi ajar; menentukan standar kompetensi
(goal) yang akan dicapai; dan menentukan media yang akan digunakan
2.
Design(desain/perancangan)
Menentukan kompetensi
khusus, metode, bahan ajar, dan strategi pembelajaran.
3.
Development (pengembangan)
Memproduksi program dan
bahan ajar yang akan digunakan dalam program pembelajaran.
4.
Implementation (implementasi/eksekusi)
Melaksanakan program
pembelajaran dengan menerapkan desain atau spesifikasi program.
5.
Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
Melakukan evaluasi
program pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.
No comments:
Post a Comment