Filsafat dalam Pendidikan Matematika
Abdillah Rachman
Menurut (Ernest,1991), Filsafat
Matematika merupakan cabang filsafat yang bertujuan untuk merefleksikan dan
mengupas sifat dasar dari matematika. Hal ini merupakan hal khusus yang
berkaitan dengan epistemologi yang berbicara dengan ilmu pengetahuan
kemanusiaan secara umum. Filsafat matematika terarah kepada
pertanyaan-pertanyaan seperti: apa dasar pengetahuan matematika? Apa sifat
dasar dari kebenaran matematika? Apa yang mencirikan kebenaran-kebenaran
matematika? Apa pembenaran
untuk pernyataan matematika? Mengapa kebenaran matematika
merupakan kebenaran yang penting? Secara tradisional, filsafat matematika
bertujuan untuk memberikan dasar kepastian ilmu pengetahuan matematika. Yaitu, menyediakan sistem dimana pengetahuan matematika
dapat dibuat secara sistematis dalam membangun kebenarannya. Peran dari
filsafat matematika adalah untuk memberikan landasan yang mutlak dan sistematis bagi
pengetahuan matematika.Filsafat dalam pendidikan matematika
digolongkan menjadi:
1. Absolut
Menurut paham Absolutist memandang bahwa matematika
adalah kebenaran yang mutlak dan tak terbantahkan.Akibatnya, matematika
dipandang sebagai sebuah paradigma dan sumber pengetahuan yang pasti.Asal-usul
dan pengembangan matematika itu sendiri mengacu pada metodologi khusus,
penalaran deduktif.Adapun penalaran deduktif meliputi logika deduktif, definisi
dan aksioma sebagai suatu dasar dalam membuat kesimpulan matematika. Bukti
matematika menurut paham ini adalah sumber matematika yang baru yang meyakinkan
dan menyediakan pernyataan matematis
yang tegas terhadap pengetahuan matematika. Sejak kebenaran matematika dan
bukti matematika mengacu pada pola pikir deduktif dan logis, matematika
dipandang sebagai suatu hal yang sangat bebas dari kesalahan dan ketidak
konsistenan.Paham absolutis memandang bahwa matematika adalah kesempurnaan dan
sebagai suatu pengetahuan objektif.
Matematika dianggap sebagai sesuatu yang murni
didasarkan pada alasan dan logika bukan pada wewenang.Matematika juga merupakan
sistem yang kaku,
murni dan indah, dan karena itu netral dan bebas meskipun matematika memiliki
keunikannya sendiri. Menurut (Brent, 1978, dalam Ernest, 1991) Hal ini mirip
dengan Plato, yang memandang pengetahuan matematika dalam cara absolut, murni,
benar dan baik.
2. Falibilist
Pandangan Fallibilist beranggapan bahwa matematika ini
tidak dapat dikatakan semuanya mutlak kebenarannya. Terkadang segala sesuatu
itu bisa salah dan dapat dibenarkan lagi dengan teori yang baru. Pembelajaran
matematika menurut pandangan fallibilist tidak cukup membuktikan suatu asumsi
dengan pembuktian secara deduktif.Dalam pembelajaran matematika pandangan
fallibilist tertuju pada pembuktian tidak hanya deduktif tetapi juga dengan
pembuktian induktif. Sehingga dalam suatu proses pembelajaran, pelaku
pendidikan dalam artian guru beserta murid mengetahui bukti secara
kongkrit/nyata.
3. Mekanistik
Menurut (Hans Freudenthal, 2002:134)
filosofi mekanistik manusia adalah computer seperti instrumen, yang dapat
diprogram dengan latihan untuk melakukan sesuatu, pada tingkat terendah,
aritmatika dan aljabar, bahkan mungkin operasi geometris, dan untuk memecahkan
masalah terapan, dibedakan oleh pola yang dikenali dan diproses secara
berulang. Ini, kemudian, adalah tingkat terendah, di mana manusia ditempatkan
dalam hirarki komputer yang lebih terampil, yang terkait satu sama lain seperti
programmer dan subjek program. Skinner dengan penuh ancaman memperbanyak jenis
masyarakat seperti itu.Harapan baru kini telah dibuka untuk ideologi ini dengan
instruksi/pembelajaran yang dikendalikan oleh komputer. Namun demikian, alasan
yang baik untuk meminta pendukungnya mengapa orang harus dididik untuk
melakukan tugas-tugas pada tingkat di mana, pada banyak kepentingan, komputer
lebih cepat, lebih murah, dan lebih handal daripada manusia
4. Strukturalis
Sebuah pandangan studi yang membahas bagaimana suatu objek matematika itu
memiliki struktur, dan dari struktur tersebut memiliki hubungan dengan sebuah
sistem eksternal objek matematika itu sendiri.
5. Empiris
Untuk empirist dunia adalah realitas, di mana
manusia dapat memperoleh pengalaman yang berguna.(Freudhental, 2002: 135)
mengemukakan bahwa secara empirisme, dunia adalah kenyataan yang menjadi tempat
seseorang mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berguna. Empirisme adalah cara
pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang dialami selama
hidup
6. Realistik
Pendekatan realistik yaitu suatu
pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru terhadap siswa dengan menampilkan
hal-hal yang nyata yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang
diajarkan. Pendekatan realistik lebih
menampilkan model pembelajaran yang nyata berdasarkan kenyataan yang dihadapi
siswa
B.
Pengertian Kurikulum
Kurikulum
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU Sisdiknas
No. 20/2003)
Istilah
'' kurikulum ''digunakan untuk merujuk pada konstruk yang luas dari nilai-nilai
masyarakat dan dalam hal konten matematika harus dipelajari dalam sistem K-12
sekolah, serta bahan (buku teks) yang diselenggarakan oleh penulis dan penerbit
digunakan oleh guru untuk memberikan instruksi matematika ke siswa.( Christian dan Barbara,2009:1)
Kurikulum
sebagai spesifik sistem budaya dan artefak, menguraikan matematika dan kegiatan
belajar dalam pendidikan sekolah.Studi kurikulum yang perubahan demikian
penting untuk mengungkapkan harapan, proses dan hasil pembelajaran siswa
disekolah serta pengalaman yang terletak di berbagai budaya dan konteks system
(Gerald danYeping
Li,2009:1).
C.
Kurikulum 2013
1. Konsep
dan Struktur
Kurikulum 2013 didefinisikan sebagai seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan
potensi daerah, satuan pendidikan,kompetensi lulusan pada satuan pendidikan,
dan peserta didik. Kurikulum 2013 sebagai kurikulum nasional memuat Rasional,
Struktur Kurikulum dan Beban Belajar, Kerangka Implementasi, Silabus, dan Buku
Babon untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan, disusun sesuai program
pendidikan nasional dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah dan
dituangkan dalam kurikulum daerah (Kurda), yang merupakan bagian dari Kurikulum
Nasional. KTSP dianggap masih relevan sebagai kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, dan harus
memuat Kurnas, Kurda, kalender pendidikan, dan RPP.
Struktur dan Muatan Kurnas meliputi sejumlah mata
pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta
didik pada satuan pendidikan, yang mengikat sejumlah KD yang memiliki
karakteristik tertentu pada aspek materi pelajaran: (1)
Mata pelajaran, (2) Muatan Lokal, (3)
Kegiatan Pengembangan Diri, (4) Pengaturan Beban Belajar, (5) Ketuntasan
Belajar, (6) Kenaikan Kelas dan Kelulusan, (7) Peminatan,
(8) Pendidikan
Karakter, Kecakapan Hidup, Wirausaha, Anti Korupsi, dan Lingkungan, dan (9) Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan
Global.
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi
konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran
dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun,
beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap
siswa.Struktur kurikulum juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten
dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem
pembelajaran.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang
digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam
pelajaran per semester.
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan
prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan
pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan.Dalam struktur kurikulum
menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah
mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur
ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai
pilihan.Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar,
dan kalender pendidikan.
2. Kompetensi
Inti Dan Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau
operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang
telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang
pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke
dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang
seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.Kompetensi Inti
berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi
dasar.Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk
organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar.Organisasi
vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar
satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga
memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan
antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah keterkaitan
antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi
Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas
yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang
saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1),
sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan
pengetahuan (kompetensi 4).Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi
Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara
integratif.Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial
dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta
didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi
Inti kelompok 4).(Marsigit,2013)
3. Tantangan
dan harapan
a.
Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi
pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan)
Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan
penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini
jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia
tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke
atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun
2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%.
b.
Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus
globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan
menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi
masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World
Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free
Trade Area (AFTA).
Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan
ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan
transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi
International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS)
dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999
juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam
beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan
antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak
terdapat dalam kurikulum Indonesia. (permendikbud No 70 tentang kerangka dasar
dan struktur kurikulum SMK-MAK)
4.
Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
5.
Pola pikir Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir
sebagai berikut:
a.
pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi
pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki
pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang
sama;
b.
pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik)
menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan
alam, sumber/ media lainnya);
c.
pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara
jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja
yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
d.
pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran
pendekatan sains);
e.
pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
f.
pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis
alat multimedia;
Tujuan dan Pola pikir Kurikulum 2013 yang menitikberatkan
pembelajaran interaktif, berpusat pada siswa dan berbasis alat multimedia
menggambarkan bahwa pola pikir Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan realistik.
Seperti dipaparkan dipembahasan sebelumnya bahwasanya pendekatan realistik
mengedepankan pembelajaran induktif, dalam artian siswa lebih berperan penting
dalam mencari dan mengembangkan materi.Dalam pemdekatan realistik pula
ditekankan untuk menggunakan masalah konstektual. Sehingga ketika pembelajaran,
peserta didik diminta untuk mencari permasalahan yang ada dikehidupan
sehari-hari yang sesuai dengan pelajaran yang akan diajarkan.
Dengan pola pikir Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan
realistik, besar harapan pendidikan di Indonesia khususnya matematika akan
lebih menyenangkan dan mampu untuk mengatasi masalah-masalah yang ada
lingkungan karena sudah berlatih untuk mencari dan menganalisis permasalahan
yang ada dilingkungan.
6.
Karakteristik Kurikulum
Kurikulum 2013
dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
a.
mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik;
b.
sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber
belajar;
c.
mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
d.
memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
e.
kompetensi dinyatakan
dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi
dasar Mata pelajaran;
f.
kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam
kompetensi inti;
g.
kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched)
antarMata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan
vertikal).
7.
Landasan filosofi
Pada dasarnya
tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik
untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas.
Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi
sebagai berikut:
a.
Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun
kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam,
diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi
kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan.
b.
Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif.
Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di
masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk
dipelajari peserta didik
c.
Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan
intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.
Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan
pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism).
d.
Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan
yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan
berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun
kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism).
D.
Filsafat Etika
Dalam pandangan filsafat, etika biasanya
dimengerti sebagai refleksi filosofis tentang moral, etika lebih merupakan
wacana normatif, tetapi tidak selalu harus imperatif, karena bisa juga
hipotesis, yang membicarakan pertentangan antara yang baik dan yang buruk, yang
di anggap sebagai nilai relatif. Etika ingin menjawab pertanyaan “Bagaimana
hidup yang baik?” Jadi etika lebih dipandang sebagai seni hidup yang
mengarah kepada kebahagiaan dan memuncak kepada kebijakan.
Aliran filsafat,
kaitannya dengan pengembangan kurikulum menurut Ella Yulaelawati
1. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian,
keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial
tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan
sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran
absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran
ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan
budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat
menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran
lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk
hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih
berorientasi pada masa lalu.
3. Eksistensialisme menekankan
pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk
memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini
mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
4. Progresivisme menekankan pada pentingnya
melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman
belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar
peserta didik aktif.
5. Rekonstruktivisme merupakan
elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban
manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan
individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan
tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan
sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
E.
No comments:
Post a Comment