Wednesday, 17 February 2016

Filsafat dalam Kurikulum


Filsafat dalam Pendidikan Matematika
Abdillah Rachman

Menurut (Ernest,1991), Filsafat Matematika merupakan cabang filsafat yang bertujuan untuk merefleksikan dan mengupas sifat dasar dari matematika. Hal ini merupakan hal khusus yang berkaitan dengan epistemologi yang berbicara dengan ilmu pengetahuan kemanusiaan secara umum. Filsafat matematika terarah kepada pertanyaan-pertanyaan seperti: apa dasar pengetahuan matematika? Apa sifat dasar dari kebenaran matematika? Apa yang mencirikan kebenaran-kebenaran matematika? Apa pembenaran untuk pernyataan matematika? Mengapa kebenaran matematika merupakan kebenaran yang penting? Secara tradisional, filsafat matematika bertujuan untuk memberikan dasar kepastian ilmu pengetahuan matematika. Yaitu, menyediakan sistem dimana pengetahuan matematika dapat dibuat secara sistematis dalam membangun kebenarannya. Peran dari filsafat matematika adalah untuk memberikan landasan yang mutlak dan sistematis bagi pengetahuan matematika.Filsafat dalam pendidikan matematika digolongkan menjadi:
1.      Absolut
Menurut paham Absolutist memandang bahwa matematika adalah kebenaran yang mutlak dan tak terbantahkan.Akibatnya, matematika dipandang sebagai sebuah paradigma dan sumber pengetahuan yang pasti.Asal-usul dan pengembangan matematika itu sendiri mengacu pada metodologi khusus, penalaran deduktif.Adapun penalaran deduktif meliputi logika deduktif, definisi dan aksioma sebagai suatu dasar dalam membuat kesimpulan matematika. Bukti matematika menurut paham ini adalah sumber matematika yang baru yang meyakinkan dan menyediakan  pernyataan matematis yang tegas terhadap pengetahuan matematika. Sejak kebenaran matematika dan bukti matematika mengacu pada pola pikir deduktif dan logis, matematika dipandang sebagai suatu hal yang sangat bebas dari kesalahan dan ketidak konsistenan.Paham absolutis memandang bahwa matematika adalah kesempurnaan dan sebagai suatu pengetahuan objektif.
Matematika dianggap sebagai sesuatu yang murni didasarkan pada alasan dan logika bukan pada wewenang.Matematika juga merupakan sistem yang kaku, murni dan indah, dan karena itu netral dan bebas meskipun matematika memiliki keunikannya sendiri. Menurut (Brent, 1978, dalam Ernest, 1991) Hal ini mirip dengan Plato, yang memandang pengetahuan matematika dalam cara absolut, murni, benar dan baik.
2.      Falibilist
Pandangan Fallibilist beranggapan bahwa matematika ini tidak dapat dikatakan semuanya mutlak kebenarannya. Terkadang segala sesuatu itu bisa salah dan dapat dibenarkan lagi dengan teori yang baru. Pembelajaran matematika menurut pandangan fallibilist tidak cukup membuktikan suatu asumsi dengan pembuktian secara deduktif.Dalam pembelajaran matematika pandangan fallibilist tertuju pada pembuktian tidak hanya deduktif tetapi juga dengan pembuktian induktif. Sehingga dalam suatu proses pembelajaran, pelaku pendidikan dalam artian guru beserta murid mengetahui bukti secara kongkrit/nyata.
3.      Mekanistik
Menurut (Hans Freudenthal, 2002:134) filosofi mekanistik manusia adalah computer seperti instrumen, yang dapat diprogram dengan latihan untuk melakukan sesuatu, pada tingkat terendah, aritmatika dan aljabar, bahkan mungkin operasi geometris, dan untuk memecahkan masalah terapan, dibedakan oleh pola yang dikenali dan diproses secara berulang. Ini, kemudian, adalah tingkat terendah, di mana manusia ditempatkan dalam hirarki komputer yang lebih terampil, yang terkait satu sama lain seperti programmer dan subjek program. Skinner dengan penuh ancaman memperbanyak jenis masyarakat seperti itu.Harapan baru kini telah dibuka untuk ideologi ini dengan instruksi/pembelajaran yang dikendalikan oleh komputer. Namun demikian, alasan yang baik untuk meminta pendukungnya mengapa orang harus dididik untuk melakukan tugas-tugas pada tingkat di mana, pada banyak kepentingan, komputer lebih cepat, lebih murah, dan lebih handal daripada manusia
4.      Strukturalis
Sebuah pandangan studi yang membahas bagaimana suatu objek matematika itu memiliki struktur, dan dari struktur tersebut memiliki hubungan dengan sebuah sistem eksternal objek matematika itu sendiri.
5.      Empiris
Untuk empirist dunia adalah realitas, di mana manusia dapat memperoleh pengalaman yang berguna.(Freudhental, 2002: 135) mengemukakan bahwa secara empirisme, dunia adalah kenyataan yang menjadi tempat seseorang mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berguna. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang dialami selama hidup
6.      Realistik
Pendekatan realistik yaitu suatu pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru terhadap siswa dengan menampilkan hal-hal yang nyata yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan. Pendekatan realistik  lebih menampilkan model pembelajaran yang nyata berdasarkan kenyataan yang dihadapi siswa
B.     Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU Sisdiknas No. 20/2003)
Istilah '' kurikulum ''digunakan untuk merujuk pada konstruk yang luas dari nilai-nilai masyarakat dan dalam hal konten matematika harus dipelajari dalam sistem K-12 sekolah, serta bahan (buku teks) yang diselenggarakan oleh penulis dan penerbit digunakan oleh guru untuk memberikan instruksi matematika ke siswa.( Christian dan Barbara,2009:1)
Kurikulum sebagai spesifik sistem budaya dan artefak, menguraikan matematika dan kegiatan belajar dalam pendidikan sekolah.Studi kurikulum yang perubahan demikian penting untuk mengungkapkan harapan, proses dan hasil pembelajaran siswa disekolah serta pengalaman yang terletak di berbagai budaya dan konteks system (Gerald danYeping Li,2009:1).
C.     Kurikulum 2013
1.      Konsep dan Struktur
Kurikulum 2013 didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan,kompetensi lulusan pada satuan pendidikan, dan peserta didik. Kurikulum 2013 sebagai kurikulum nasional memuat Rasional, Struktur Kurikulum dan Beban Belajar, Kerangka Implementasi, Silabus, dan Buku Babon untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan, disusun sesuai program pendidikan nasional dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah dan dituangkan dalam kurikulum daerah (Kurda), yang merupakan bagian dari Kurikulum Nasional. KTSP dianggap masih relevan sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, dan harus memuat Kurnas, Kurda, kalender pendidikan, dan RPP.
Struktur dan Muatan Kurnas meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan, yang mengikat sejumlah KD yang memiliki karakteristik tertentu pada aspek materi pelajaran: (1) Mata pelajaran, (2) Muatan Lokal, (3) Kegiatan Pengembangan Diri, (4) Pengaturan Beban Belajar, (5) Ketuntasan Belajar, (6) Kenaikan Kelas dan Kelulusan, (7) Peminatan, (8) Pendidikan Karakter, Kecakapan Hidup, Wirausaha, Anti Korupsi, dan Lingkungan,  dan (9) Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global.
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa.Struktur kurikulum juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan.Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan.Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan kalender pendidikan.

2.      Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar.Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar.Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4).Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).(Marsigit,2013)


3.      Tantangan dan harapan
a.       Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%.
b.      Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).
Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. (permendikbud No 70 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum SMK-MAK)
4.      Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
5.      Pola pikir Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:
a.       pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;
b.      pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya);
c.       pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
d.      pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);
e.       pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
f.       pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;

Tujuan dan Pola pikir Kurikulum 2013 yang menitikberatkan pembelajaran interaktif, berpusat pada siswa dan berbasis alat multimedia menggambarkan bahwa pola pikir Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan realistik. Seperti dipaparkan dipembahasan sebelumnya bahwasanya pendekatan realistik mengedepankan pembelajaran induktif, dalam artian siswa lebih berperan penting dalam mencari dan mengembangkan materi.Dalam pemdekatan realistik pula ditekankan untuk menggunakan masalah konstektual. Sehingga ketika pembelajaran, peserta didik diminta untuk mencari permasalahan yang ada dikehidupan sehari-hari yang sesuai dengan pelajaran yang akan diajarkan.
Dengan pola pikir Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan realistik, besar harapan pendidikan di Indonesia khususnya matematika akan lebih menyenangkan dan mampu untuk mengatasi masalah-masalah yang ada lingkungan karena sudah berlatih untuk mencari dan menganalisis permasalahan yang ada dilingkungan.
6.      Karakteristik Kurikulum
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
a.       mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
b.      sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
c.       mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
d.      memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
e.        kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar Mata pelajaran;
f.       kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
g.      kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarMata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

7.      Landasan filosofi
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:
a.       Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan.
b.      Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik
c.       Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism).
d.      Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).
D.    Filsafat Etika
Dalam pandangan filsafat, etika biasanya dimengerti sebagai refleksi filosofis tentang moral, etika lebih merupakan wacana normatif, tetapi tidak selalu harus imperatif, karena bisa juga hipotesis, yang membicarakan pertentangan antara yang baik dan yang buruk, yang di anggap sebagai nilai relatif. Etika ingin menjawab pertanyaan “Bagaimana hidup yang baik?”  Jadi etika lebih dipandang sebagai seni hidup yang mengarah kepada kebahagiaan  dan memuncak kepada kebijakan.
Aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum menurut Ella Yulaelawati
1.        Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2.        Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
3.        Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
4.        Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
5.        Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

E.   
    




No comments:

Post a Comment