Monday, 22 February 2016

Tingkat Keyakinan Guru (Teachers’ Beliefs) Dalam Mendukung Standar Proses Pendidikan (Komparasi Dengan Standar Proses Nctm)

Tingkat Keyakinan Guru (Teachers’ Beliefs) Dalam Mendukung Standar Proses Pendidikan
(Komparasi Dengan Standar Proses Nctm)
                       

Abstrak

Standar proses pendidikan menuntut guru dapat melaksanakan pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam kenyataannya proses pembelajaran adalah sebuah seni penyampaian ilmu dimana banyak interaksi terkandung didalamnya. Proses pembelajaran tidak bisa lepas dari keyakinan guru (Teacher’s Beliefs)  terhadap matematika. Keyakinan guru tersebut akan membantu proses pembelajaran yang lebih efektif, efisien, dan sesuai dengan tuntutan zaman. Seperti halnya National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) yang menetapkan standar proses pembelajaran, di Indonesia Guru dituntut memenuhi standar proses pendidikan sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah. Dengan jumlah guru yang besar, sebuah tantangan bagi Indonesia dalam memenuhi standar proses pendidikan sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah

Kata kunci: Standar Proses, Keyakinan guru, Jumlah Guru

A. Pendahuluan
Menurut Permendikbud Nomor 65  tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah,  Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.
Pelaksanaan Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Jumlah Guru di Indonesia sampai dengan September 2014 sebanyak 3.015.315 guru dimana terdapat 115.159 guru matematika. Adapun guru matematika yang telah mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG) sebanyak 76.881 guru(BPSMPK dan PMP; 2014). Dengan jumlah guru yang besar dan tersebar diseluruh penjuru tanah air, bukan hal yang mudah dalam  mewujudkan tuntutan standar proses pendidikan.

B. Keyakinan Guru Dalam Mendukung Standar Proses Pendidikan
Ada dua filosofi besar yang mempengaruhi guru dalam proses pembelajaran yaitu filosofi absolutis dan filosofi fallibilist (Toumasis; 320;1997). Teori mengajar Dalam pandangan absolutis; guru Mengajarkan konsep, teorema, pembuktian, koreksi; Guru mengajarkan pendekatan materi dari buku; Hubungan guru dan siswa otoriter; dan Guru memberi  tekanan dalam praktek keterampilan, kerja keras, kedisiplinan, dan latihan soal yang terus menerus. Sedangakan teori mengajar dalam pandangan fallibilis Guru memberi dorongan, fasilitas dan perencanaan dan stuktur eksplorasi; Guru adalah manager dalam sumber pembelajaran dan fasilitator dalam membentuk konsep; Diskusi antar siswa dan siswa dengan guru; dan Guru membutuhkan banyak waktu dalam menciptakan  dan keaktifan belajar, membimbing, menanya, klasifikasi dan mendengarkan.   
Ditinjau dari 2 filosofi yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran,  Faham Falibilist lebih mendekati  Standar Proses  yang diharapkan pada  permendikbud no 65 tahun 2013. Pada kenyataan riil dilapangan, kedua paham tersebut digunakan oleh guru dalam mengajar.  Bukan hal instan menuntut guru yang terbiasa mengaplikasikan paham absolutis untuk mengaplikasikan paham falibilis dalam mengajar atau sebaliknya..
Menurut shadiq “Proses pembelajaran matematika di kelas akan sangat ditentukan oleh pandangan seorang guru beserta keyakinannya (beliefs) terhadap pendidikan matematika itu sendiri (edumat,2010 hal 129)”, Menurut Leong, at all dalam penelitian Polya (1962) mengatakan “Jika guru merasa bosan dengan apa yang dia ajarkan, pasti siswanya akan merasa juga”. Sangat terlihat disini  peranan guru dalam membawa arah proses pembelajaran sangat berpengaruh.
Dalam buku Teaching Secondary Scool Mathematics, Dari hasil penelitian Malone (2005) menyimpulkan bahwa keyakinan guru matematika berdampak pada praktek pembelajaran dikelas, dilihat dari mengajarnya, pembelajarannya, penilaiannya dan  bisa dilihat dari potensi siswa, kemampuan dan  watak.

 














Diagram 1. Diagram Goos and Vale (2007:5)

Guru yang dalam ungkapan lama berarti “digugu lan ditiru”  memegang peranan yang penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Leong (2012) mengatakan guru tanpa pengetahuan ilmu yang yang cukup, butuh banyak waktu untuk belajar mengenai isi materi daripada merencanakan pembelajaran untuk meningkatkan pemahahaman siswa. Selain itu Shadiq (2010) mengatakan “Ketidaksempurnaan memahami ‘matematika dan pendidikan matematika dari seorang guru sedikit banyak akan menyebabkan ketidaksempurnaan pada proses pembelajaran di kelas”. Hal ini berarti bahwa, keyakinan guru terhadap matematika dan penguasaan isi materi diharapkan akan dapat membantu proses pembelajaran matematika yang lebih efektif, efisien dan sesuai dengan tuntutan zaman.
C. Perbandingan Standar Proses Pendidikan NCTM dan Standar Proses Pendidikan di Indonesia
Standar proses adalah sebuah dokumen pedagogi yang dikemas dalam sebuah misi yang melibatkan isi, metode mengajar dan  evaluasi pengajaran. Terbentuknya standar proses bukan hal instan, banyak filosofi dan pendekatan pedagogic didalamnya.  Pemenuhunan standar proses bukan hal yang mudah, perlu keyakinan guru yang tinggi dalam mewujudkannya.

NCTM telah ditetapkan standarisa proses pembelajaran. Standar NCTM antara lain:
1.      Karena pengetahuan muncul dari masalah sehingga perlu strategi untuk mengenali kebutuhan siswa dalam mengenali masalah untuk membangun konsep yang kuat.
2.      Belajar matematika harus menjadi proses aktif karena anak adalah pribadi yang aktif membangun, memodifikasi, dan mengintegrasikan ide dengan berinteraksi dengan dunia fisik. Pentingnya belajar aktif oleh anak-anak memiliki banyak implikasi untuk pendidikan matematika. Guru perlu menciptakan lingkungan yang mendorong anak-anak untuk mengeksplorasi, mengembangkan, menguji, mendiskusikan dan menerapkan ide-ide
3.      Pemecahan masalah harus menjadi fokus utama dari kurikulum matematika.
4.      Mengidentifikasi pola strategi pemecahan masalah. Hal ini juga Inti dari alasan induktif.  Dimana siswa mengeksplorasi situasi masalah yang sesuai untuk tingkat kelas mereka. Siswa harus didorong untuk memvalidasi dugaan  dengan membangun argumen pendukung, yang dapat berada di berbagai tingkatan kecanggihan
5.      Penalaran induktif dan deduktif yang diperlukan  individu dan dalam bidang matematika. Seorang ahli matematika atau mahasiswa yang melakukan matematika sering membuat dugaan dengan generalisasi dari pola pengamatan yang dilakukan dalam kasus-kasus tertentu (penalaran induktif) dan kemudian menguji dugaan dengan membangun baik verifikasi logis atau contoh yang menyangkal (deduktif penalaran)
6.      Standar ini menyarankan perspektif deduktif kurang penekanan, sehingga interaksi yang
antara induktif dan deduktif pengalaman harus diperkuat
7.      Standar Kurikulum menyajikan tampilan yang dinamis dari lingkungan kelas.
mereka menerapkan konteks di mana siswa secara aktif terlibat dalam mengembangkan pengetahuan matematika dengan mengeksplorasi, membahas, menjelaskan, dan menunjukkan. Integral proses sosial ini adalah komunikasi. Ide dibahas, penemuan bersama, dugaan dikonfirmasi, dan pengetahuan diperoleh melalui berbicara, menulis, mendengarkan, dan membaca
8.      Pendekatan instruksional tersebut juga berimplikasi pada peran guru selama instruksi. Bila menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam mengembangkan ide, misalnya, guru harus mendorong siswa untuk berani. Guru harus membantu siswa mengevaluasi satu sama lain saran dan kritis merefleksikan mereka dengan mengantisipasi keberatan dan konsekuensi. Jelas, kegiatan ini membutuhkan guru untuk mengasumsikan peran yang sangat berbeda dari otoritas direktif

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Prinsip pembelajaran yang digunakan:

1.      Dari pesertadidik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2.      Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumberbelajar;
3.      Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;
4.      Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
5.      Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6.      Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7.      Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8.      Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) Dan keterampilan mental (softskills);
9.      Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan danpemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10.  Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan member keteladanan(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11.  Pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
12.  Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.
13.  Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
14.  Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya pesertadidik.

Pengelompokan standar Proses Menurut NCTM

Dari prinsip stanar proses menurut NCTM, akan dilihat kesesuainnya dengan prinsip pembelajaran sesuai Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah. Berikut perbandingannya:










Lima Standar Proses dari prinsip dan Standar Matematika Sekolah
Standar Proses Menurut NCTM
Kesesuaian Standar Proses  Di Indonesia
Standar Pemecahan Masalah
·      Membangun pengetahuan matematis baru melalui pemecahan soal
Sesuai
·      Menyelesaikan soal yang muncul dalam matematika dan dalam bidang lain.
Sesuai
·      Menerapkan dan menyesuaikan berbagai macam strategi yang cocok untuk memecahkan soal
Sesuai
·      Mengamati dan mengembangkan proses pemecahan soal matematika.
Sesuai
Standar Penalaran
·      Mengenal pemahaman dan bukti sebagai aspek yang mendasar dalam matematika
Sesuai
·      Membuat dan menyelidiki dugaan-dugaan matematis
Sesuai
·      Mengembangkan dan mengevaluasi argument dan bukti matematis
Sesuai
·      Memilih dan menggunakan berbagai macam pemahaman dan metode pembuktian.
Sesuai
Standar Komunikasi
·      Mengatur dan menggabungkan pemikiran matematis mereka melalui komunikasi
Sesuai
·      Mengkomunikasikan pemikiran matematika mereka secara koheren dan jelas kepada teman, guru, dan orang lain.
Sesuai
·      Menganalisa dan menilai pemikiran dan strategi matematis orang lain
Sesuai
·      Menggunakan bhasa matematika untuk  menyatakan ide matematika dengan tepat
Sesuai
Standar Koneksi
·      Mengenal dan menggunakan koneksi antara ide-ide matematika
Sesuai
·      Memahami bagaimana ide-ide matematika berhubungan dan saling berkaitan sehingga merupakan satu system yang utuh.
Sesuai
·      Mengenal dan menerapkan matematika pada bidang lain.
Sesuai
Standar Representasi
·      Membuat dan menggunakan representasi (penyajian) untuk mengorganisasikan, merekam, dan mengkomunikasikan ide-ide matematika.
Sesuai
·      Memilih, menerapkan, dan mewujudkan penyajian matematika untuk menyelesaikan soal
Sesuai
·      Menggunakan penyajian untuk memodelkan dan menafsirkan fenomena fisik, social, dan matematika.
Sesuai
Tabel 1. Lima Standar Matematika Sekola

Berdasarkan tabel diatas, terdapat lima kelompok standar proses antara lain pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, koneksi, dan representasi. Lima kelompok inilah yang akan dibangun guru melalui keyakinannya dalam proses pembelajaran. Bukan sebuah proses instan memadukan lima kelompok standar proses tersebut bagi guru, banyak hal yang mempengaruhi keyakinan guru antara lain pengalamannya, norma yang ada dilingkungan, kepribadian guru, kondisi kelas, dan pola pendidikan di keluarga.


D. Kesimpulan

Dalam standar proses NCTM dan standar  proses pendidikan sama-sama menggarisbawahi lima standar proses dalam pembelajaran matematika, antara lain memecahkan masalah,  bernalar dan pembuktian, berkomunikasi,   mengaitkan ide dan mempresentasikan

Standar proses berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Dengan jumlah guru di Indonesia yang cukup besar, bukan hal yang mudah mewujudkan standar proses pendidikan tersebut. Keyakinan guru terhadap matematika itu sendiri sangat berperan didalamnya. Dalam penelitian sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa keyakinan guru matematika berdampak pada praktek pembelajaran dikelas. Keyakinan guru dipengaruhi  pengalamannya, norma yang ada dilingkungan, kepribadian guru, kondisi kelas, dan pola pendidikan di keluarga. Dengan keyakinan guru yang mendukung diharapkan terpenuhinya standar proses pendidikan di Indonesia.



E. Daftar Pustaka

Goos, M. Stillman, G. and Vale, C. (2007). Teaching Secondary Scool mathematics: Research and Practice For 21st Century. NSW : Allen & Unwin.
Handal, Boris. (2003), Teachers’ Mathematical Beliefs: A Review. The Mathematics Educator Vol. 13, No. 2, 47–57. http://eric.ed.gov
Kash, Marilynn., Borich, Gary. (1978). Teacher Behavior and Pupil Self-Concept., Sydney: Addison-Wesley
Leong, Kwan E. (2013), Factors that Influence the Understanding of Good Mathematics. Science and Technology Education, 9(3), 319-328. DOI : 10.12973/Eurasia.2013.939a
National Council of Teachers of Mathematics (2014).  Teaching and Learning Beliefs Survey. http:// www.stndard.nctm.org.
Sahin, Alpaslan., Adiguzel, Tufan., (2014). Effective Teacher Qualities from International Mathematics, Science, and Computer Teachers' Perspectives. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 10(6), 635-646. DOI : 10.12973/Eurasia.2014.1119a
Shadiq, Fajar. (2010). Keyakinan dan kecenderungan Praktek Pembelajaran Peserta Diklat Teacher Made Teaching Aids Berdasar Hasil Tes Awal Di SEAMEO QITEP IN MATHEMATICS. Jurnal Edumat . Yogyakakarta : PPPPTK Matematika
Toumasis, Charalampos.(1997).  The NCTM  Standards and the Philosophy of Mathematics. Studies in Philosopy and Education, 16, 317–330.



No comments:

Post a Comment