Tingkat Keyakinan Guru
(Teachers’ Beliefs) Dalam Mendukung Standar Proses Pendidikan
(Komparasi Dengan
Standar Proses Nctm)
Abstrak
Standar proses pendidikan menuntut guru
dapat melaksanakan pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dalam kenyataannya proses pembelajaran adalah sebuah seni penyampaian ilmu
dimana banyak interaksi terkandung didalamnya. Proses pembelajaran tidak bisa
lepas dari keyakinan guru (Teacher’s Beliefs) terhadap matematika. Keyakinan guru tersebut
akan membantu proses pembelajaran yang lebih efektif, efisien, dan sesuai
dengan tuntutan zaman. Seperti halnya National
Council of Teachers of Mathematics (NCTM) yang menetapkan standar proses
pembelajaran, di Indonesia Guru dituntut memenuhi standar proses pendidikan
sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar Dan Menengah. Dengan jumlah guru yang besar, sebuah tantangan
bagi Indonesia dalam memenuhi standar proses pendidikan sesuai dengan
Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan
Menengah
Kata
kunci: Standar Proses,
Keyakinan guru, Jumlah Guru
A.
Pendahuluan
Menurut
Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah,
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar
Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan
dasar dan menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.
Pelaksanaan
Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
Jumlah
Guru di Indonesia sampai dengan September 2014 sebanyak 3.015.315 guru dimana
terdapat 115.159 guru matematika. Adapun guru matematika yang telah mengikuti
Uji Kompetensi Guru (UKG) sebanyak 76.881 guru(BPSMPK dan PMP; 2014). Dengan
jumlah guru yang besar dan tersebar diseluruh penjuru tanah air, bukan hal yang
mudah dalam mewujudkan tuntutan standar
proses pendidikan.
B.
Keyakinan Guru Dalam Mendukung Standar Proses Pendidikan
Ada dua filosofi besar yang
mempengaruhi guru dalam proses pembelajaran yaitu filosofi absolutis dan
filosofi fallibilist (Toumasis; 320;1997). Teori mengajar Dalam pandangan
absolutis; guru Mengajarkan konsep, teorema, pembuktian, koreksi; Guru
mengajarkan pendekatan materi dari buku; Hubungan guru dan siswa otoriter; dan
Guru memberi tekanan dalam praktek
keterampilan, kerja keras, kedisiplinan, dan latihan soal yang terus menerus.
Sedangakan teori mengajar dalam pandangan fallibilis Guru memberi dorongan,
fasilitas dan perencanaan dan stuktur eksplorasi; Guru adalah manager dalam
sumber pembelajaran dan fasilitator dalam membentuk konsep; Diskusi antar siswa
dan siswa dengan guru; dan Guru membutuhkan banyak waktu dalam menciptakan dan keaktifan belajar, membimbing, menanya,
klasifikasi dan mendengarkan.
Ditinjau dari 2 filosofi yang
berpengaruh terhadap proses pembelajaran,
Faham Falibilist lebih mendekati
Standar Proses yang diharapkan pada permendikbud no 65 tahun 2013. Pada kenyataan
riil dilapangan, kedua paham tersebut digunakan oleh guru dalam mengajar. Bukan hal instan menuntut guru yang terbiasa
mengaplikasikan paham absolutis untuk mengaplikasikan paham falibilis dalam
mengajar atau sebaliknya..
Menurut shadiq “Proses pembelajaran
matematika di kelas akan sangat ditentukan oleh pandangan seorang guru beserta
keyakinannya (beliefs) terhadap pendidikan matematika itu sendiri (edumat,2010
hal 129)”, Menurut Leong, at all dalam penelitian Polya (1962) mengatakan “Jika
guru merasa bosan dengan apa yang dia ajarkan, pasti siswanya akan merasa
juga”. Sangat terlihat disini peranan
guru dalam membawa arah proses pembelajaran sangat berpengaruh.
Dalam buku Teaching Secondary Scool
Mathematics, Dari hasil penelitian Malone (2005) menyimpulkan bahwa keyakinan
guru matematika berdampak pada praktek pembelajaran dikelas, dilihat dari
mengajarnya, pembelajarannya, penilaiannya dan
bisa dilihat dari potensi siswa, kemampuan dan watak.
![]() |
Diagram 1. Diagram Goos and Vale (2007:5)
Guru
yang dalam ungkapan lama berarti “digugu lan ditiru” memegang peranan yang penting dalam
pelaksanaan pembelajaran. Leong (2012) mengatakan guru tanpa pengetahuan ilmu
yang yang cukup, butuh banyak waktu untuk belajar mengenai isi materi daripada
merencanakan pembelajaran untuk meningkatkan pemahahaman siswa. Selain itu
Shadiq (2010) mengatakan “Ketidaksempurnaan memahami ‘matematika dan pendidikan
matematika dari seorang guru sedikit banyak akan menyebabkan ketidaksempurnaan
pada proses pembelajaran di kelas”. Hal ini berarti bahwa, keyakinan guru
terhadap matematika dan penguasaan isi materi diharapkan akan dapat membantu
proses pembelajaran matematika yang lebih efektif, efisien dan sesuai dengan
tuntutan zaman.
C. Perbandingan Standar Proses
Pendidikan NCTM dan Standar Proses Pendidikan di Indonesia
Standar
proses adalah sebuah dokumen pedagogi yang dikemas dalam sebuah misi yang
melibatkan isi, metode mengajar dan
evaluasi pengajaran. Terbentuknya standar proses bukan hal instan,
banyak filosofi dan pendekatan pedagogic didalamnya. Pemenuhunan standar proses bukan hal yang
mudah, perlu keyakinan guru yang tinggi dalam mewujudkannya.
NCTM telah ditetapkan standarisa proses
pembelajaran. Standar NCTM antara lain:
1.
Karena pengetahuan
muncul dari masalah sehingga perlu strategi untuk mengenali kebutuhan siswa
dalam mengenali masalah untuk membangun konsep yang kuat.
2. Belajar matematika harus
menjadi proses aktif karena anak adalah pribadi yang aktif membangun,
memodifikasi, dan mengintegrasikan ide dengan berinteraksi dengan dunia fisik.
Pentingnya belajar aktif oleh anak-anak memiliki banyak implikasi untuk
pendidikan matematika. Guru perlu menciptakan lingkungan yang mendorong
anak-anak untuk mengeksplorasi, mengembangkan, menguji, mendiskusikan dan
menerapkan ide-ide
3. Pemecahan
masalah harus menjadi fokus utama dari kurikulum matematika.
4. Mengidentifikasi
pola strategi pemecahan masalah. Hal ini juga Inti dari alasan
induktif. Dimana siswa
mengeksplorasi situasi masalah yang sesuai untuk tingkat kelas
mereka. Siswa harus didorong untuk
memvalidasi
dugaan dengan membangun argumen
pendukung, yang
dapat berada
di berbagai tingkatan kecanggihan
5. Penalaran induktif dan deduktif
yang diperlukan individu dan dalam bidang matematika.
Seorang ahli matematika atau mahasiswa yang melakukan matematika sering
membuat dugaan dengan generalisasi dari pola pengamatan yang
dilakukan dalam kasus-kasus tertentu (penalaran induktif) dan kemudian menguji dugaan dengan membangun
baik verifikasi logis atau contoh yang menyangkal (deduktif penalaran)
6.
Standar ini menyarankan perspektif deduktif kurang penekanan, sehingga interaksi yang
antara induktif dan deduktif pengalaman harus diperkuat
antara induktif dan deduktif pengalaman harus diperkuat
7.
Standar Kurikulum menyajikan
tampilan yang dinamis dari lingkungan kelas.
mereka menerapkan konteks di mana siswa secara aktif terlibat dalam mengembangkan pengetahuan matematika dengan mengeksplorasi, membahas, menjelaskan, dan menunjukkan. Integral proses sosial ini adalah komunikasi. Ide dibahas, penemuan bersama, dugaan dikonfirmasi, dan pengetahuan diperoleh melalui berbicara, menulis, mendengarkan, dan membaca
mereka menerapkan konteks di mana siswa secara aktif terlibat dalam mengembangkan pengetahuan matematika dengan mengeksplorasi, membahas, menjelaskan, dan menunjukkan. Integral proses sosial ini adalah komunikasi. Ide dibahas, penemuan bersama, dugaan dikonfirmasi, dan pengetahuan diperoleh melalui berbicara, menulis, mendengarkan, dan membaca
8. Pendekatan instruksional
tersebut juga berimplikasi pada peran guru selama instruksi. Bila menggunakan
pendekatan pemecahan masalah dalam
mengembangkan
ide, misalnya, guru harus mendorong siswa untuk berani. Guru harus
membantu siswa mengevaluasi
satu sama lain saran dan kritis merefleksikan mereka dengan mengantisipasi
keberatan dan konsekuensi. Jelas, kegiatan ini membutuhkan guru untuk
mengasumsikan peran yang sangat berbeda dari otoritas direktif
Permendikbud
Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah,
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Prinsip pembelajaran yang digunakan:
1. Dari
pesertadidik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. Dari guru sebagai
satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumberbelajar;
3. Dari pendekatan tekstual
menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;
4. Dari pembelajaran
berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
5. Dari pembelajaran
parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. Dari pembelajaran yang
menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya
multi dimensi;
7. Dari
pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. Peningkatan
dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) Dan keterampilan mental
(softskills);
9. Pembelajaran
yang mengutamakan pembudayaan danpemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar
sepanjang hayat;
10. Pembelajaran
yang menerapkan nilai-nilai dengan member keteladanan(ing ngarso sung
tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani);
11. Pembelajaranyang
berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
12. Pembelajaran
yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa,
dan di mana saja adalah kelas.
13. Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran; dan
14. Pengakuan
atas perbedaan individual
dan
latar belakang budaya pesertadidik.
Pengelompokan standar
Proses Menurut NCTM
Dari prinsip stanar proses menurut NCTM, akan dilihat kesesuainnya dengan
prinsip pembelajaran sesuai Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah. Berikut perbandingannya:
Lima Standar Proses dari prinsip dan Standar Matematika Sekolah
|
Standar Proses Menurut NCTM
|
Kesesuaian Standar Proses
Di Indonesia
|
Standar Pemecahan Masalah
|
· Membangun pengetahuan matematis baru melalui
pemecahan soal
|
Sesuai
|
· Menyelesaikan soal yang muncul dalam
matematika dan dalam bidang lain.
|
Sesuai
|
|
· Menerapkan dan menyesuaikan berbagai macam
strategi yang cocok untuk memecahkan soal
|
Sesuai
|
|
· Mengamati dan mengembangkan proses pemecahan
soal matematika.
|
Sesuai
|
|
Standar Penalaran
|
· Mengenal pemahaman dan bukti sebagai aspek
yang mendasar dalam matematika
|
Sesuai
|
· Membuat dan menyelidiki dugaan-dugaan
matematis
|
Sesuai
|
|
· Mengembangkan dan mengevaluasi argument dan
bukti matematis
|
Sesuai
|
|
· Memilih dan menggunakan berbagai macam
pemahaman dan metode pembuktian.
|
Sesuai
|
|
Standar Komunikasi
|
· Mengatur dan menggabungkan pemikiran matematis
mereka melalui komunikasi
|
Sesuai
|
· Mengkomunikasikan pemikiran matematika mereka
secara koheren dan jelas kepada teman, guru, dan orang lain.
|
Sesuai
|
|
· Menganalisa dan menilai pemikiran dan strategi
matematis orang lain
|
Sesuai
|
|
· Menggunakan bhasa matematika untuk
menyatakan ide matematika dengan tepat
|
Sesuai
|
|
Standar Koneksi
|
· Mengenal dan menggunakan koneksi antara
ide-ide matematika
|
Sesuai
|
· Memahami bagaimana ide-ide matematika
berhubungan dan saling berkaitan sehingga merupakan satu system yang utuh.
|
Sesuai
|
|
· Mengenal dan menerapkan matematika pada bidang
lain.
|
Sesuai
|
|
Standar Representasi
|
· Membuat dan menggunakan representasi
(penyajian) untuk mengorganisasikan, merekam, dan mengkomunikasikan ide-ide
matematika.
|
Sesuai
|
· Memilih, menerapkan, dan mewujudkan penyajian
matematika untuk menyelesaikan soal
|
Sesuai
|
|
· Menggunakan penyajian untuk memodelkan dan
menafsirkan fenomena fisik, social, dan matematika.
|
Sesuai
|
Tabel 1. Lima
Standar Matematika Sekola
Berdasarkan tabel diatas, terdapat
lima kelompok standar proses antara lain pemecahan masalah, penalaran,
komunikasi, koneksi, dan representasi. Lima kelompok inilah yang akan dibangun
guru melalui keyakinannya dalam proses pembelajaran. Bukan sebuah proses instan
memadukan lima kelompok standar proses tersebut bagi guru, banyak hal yang
mempengaruhi keyakinan guru antara lain pengalamannya, norma yang ada
dilingkungan, kepribadian guru, kondisi kelas, dan pola pendidikan di keluarga.
D. Kesimpulan
Dalam standar proses NCTM dan
standar proses pendidikan sama-sama
menggarisbawahi lima standar proses dalam pembelajaran matematika, antara lain
memecahkan masalah, bernalar dan
pembuktian, berkomunikasi, mengaitkan
ide dan mempresentasikan
Standar proses berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu. Dengan jumlah guru di Indonesia yang cukup
besar, bukan hal yang mudah mewujudkan standar proses pendidikan tersebut.
Keyakinan guru terhadap matematika itu sendiri sangat berperan didalamnya.
Dalam penelitian sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa keyakinan guru
matematika berdampak pada praktek pembelajaran dikelas. Keyakinan guru dipengaruhi pengalamannya, norma yang ada dilingkungan,
kepribadian guru, kondisi kelas, dan pola pendidikan di keluarga. Dengan
keyakinan guru yang mendukung diharapkan terpenuhinya standar proses pendidikan
di Indonesia.
E. Daftar Pustaka
Goos, M. Stillman, G. and Vale, C. (2007). Teaching Secondary Scool mathematics:
Research and Practice For 21st Century. NSW : Allen & Unwin.
Handal, Boris. (2003), Teachers’
Mathematical Beliefs: A Review. The
Mathematics Educator Vol. 13, No. 2, 47–57. http://eric.ed.gov
Kash, Marilynn., Borich, Gary.
(1978). Teacher Behavior and Pupil
Self-Concept., Sydney: Addison-Wesley
Leong,
Kwan E. (2013), Factors that Influence the Understanding of Good
Mathematics. Science and Technology
Education, 9(3), 319-328. DOI
: 10.12973/Eurasia.2013.939a
National Council of Teachers of
Mathematics (2014). Teaching and Learning Beliefs Survey. http:// www.stndard.nctm.org.
Sahin, Alpaslan., Adiguzel,
Tufan., (2014). Effective Teacher
Qualities from International Mathematics, Science, and Computer Teachers'
Perspectives. Eurasia Journal of Mathematics, Science &
Technology Education, 10(6),
635-646. DOI : 10.12973/Eurasia.2014.1119a
Shadiq, Fajar. (2010). Keyakinan
dan kecenderungan Praktek Pembelajaran Peserta Diklat Teacher Made Teaching
Aids Berdasar Hasil Tes Awal Di SEAMEO QITEP IN MATHEMATICS. Jurnal Edumat . Yogyakakarta : PPPPTK
Matematika
Toumasis,
Charalampos.(1997). The NCTM Standards and the Philosophy of Mathematics. Studies
in Philosopy and Education, 16, 317–330.
No comments:
Post a Comment