Penelitian Etnografi
Penelitian atau kajian etnografi
bersifat holistik atau menyeluruh. Artinya, kajian etnografi tidak hanya
mengarahkan perhatiannya kepada salah satu atau beberapa variabel tertentu
saja. Bentuk holistik didasarkan pada pandangan bahwa budaya merupakan
keseluruhan sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Dengan demikian, tujuan utama etnografi adalah mengkaji dan memahami keadaan
penduduk asli atau pribumi, hubungan-hubungannya dalam semua aspek kehidupan,
kesadaran mereka terhadap keadaan lingkungannya, dan pandangan hidup mereka.
Oleh sebab itu, kegiatan kerja lapangan etnografi diibaratkan sebagai orang
yang sedang belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak
dalam berbagai cara yang berbeda.
Kegiatan etnografi tidak
terlepas dari teknik yang digunakan dalam melaksanakan penelitian etnografi,
karena etnografi merupakan sebuah pendekatan penelitian secara teoritis. Oleh
sebab itu, seorang peneliti lapangan terlebih dahulu harus mempelajari
metode-metode yang terkait, apalagi bila peneliti tersebut hanya sekedar
berbekal minat tanpa dilatarbelakangi profesionalisme di bidang kajian yang
akan ditelitinya itu.
1. Tahapan Penelitian
Etnografi
Di antara sekian banyak
metodologi penelitian ilmu-ilmu sosial, metode yang paling tepat untuk
penelitian etnografi adalah metode kualitatif. Pendekatan ini mengutamakan
suatu kualitas data yang mendalam sehingga bisa dapat diketahui sampai pada
akar permasalahan. Dalam praktiknya, metode ini menggunakan beberapa tahapan
dalam melaksanakan penelitian. Adapun tahapan-tahapan penelitian etnografi
menurut Jerome
Kerk dan Marc. L Miler tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tahapan Pertama
Tahap pertama penelitian
etnografi adalah memilih masyarakat sebagai objek penelitian. Pada tahapan ini
seorang penelitian harus pandai-pandai menentukan masyarakat mana yang memliki
kebudayaan yang mengakar dan masih memiliki tujuh unsur kebudayaan yang masih
eksis. Penelitian etnografi menjelaskan ketujuh unsur kebudayaan tersebut.
Tahap pertama ini desebut sebagai finding the field. Hal-hal yang dilakukan
adalah cara-cara untuk masuk ke lapangan dengan baik dan lancar. Peneliti harus
dapat masuk dalam struktur aktivitas dari masyarakat. Oleh karena itu, untuk
melakasakan tahapan ini penelitian terlebih dahulu mempelajari adat-istiadat
maupun kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat.
Awal penelitian sang peneliti
harus mengumpulkan data-data mengenai norma dan aktivitas budaya sehari-hari
dalam masyarakat. Misalnya, kebiasaan masyarakat dari bangun sampai tidur (apa
yang dilakukan oleh masyarakat tersebut), tata krama, dialek bahasa,
larangan-larangan atau pantangan yang dihindari oleh masyarakat, dan lain
sebagainya. Setelah terkumpulan kegiatan selanjutnya adalah mendekati
masyarakat secara pelan-pelan. Kegitan inilah yang paling sulit karena tingkat
keberhasilan tergantung dari kepandai peneliti dalam mendekati masyarakat.
Dibutuhkan kemampuan sosial yang khusus agar lancar dalam menjalani kegiatan.
Tahapan ini adalah kegiatan yang penting untuk dapat melanjutkan penelitian.
b. Tahapan Kedua
Kegitan yang dilakukan peneliti
pada tahapan kedua adalah melakukan investigasi untuk menemukan (Discovery)
dan mengumpulkan (Getting) data. Pada kegiatan tahap kedua peneliti
sudah memulai bekerja dilapangan (field work). Sebelum melaksankan
kegiatan ini peneliti harus melakukan penyusunan rencana peneliti yang rapi dan
matang. Peneliti membuat skala prioritas dan juga scedule penelitian.
Peneliti juga harus pandai menentukan dimana tempat dan siapa yang nantinya di
jadikan sampel data. Sehingga penggalian data penelitian tidak menyimpang dari
arah masalah yang dikaji.
Selama melaksanakan pengumpulan
data, peneliti harus tetap waspada dengan data-data yang diperoleh. Kadang data
yang di dapat masih belum tentu kebenarannya. Hal ini terjadi karena faktor non
teknis, misalnya kebohongan dari nara sumber dan juga kurangnya pemahaman nara
sumber. Untuk mengantisipasi kejadian-kejadian demikian maka peneliti harus
melakukan pengecekan ulang (cross chek) dengan nara sumber lain untuk
menguatkan kebenaran data yang didapat sebelumnya. Pengecekan ini dilaksanakan
dengan menanyakan kembali apa yang ditanyakan dari nara sumber satu. Dengan
demikian didapat data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Pada tahapan ini penelitian
harus bekeja hati-hati. Jangan sampai ada data yang dibutuhkan belum masuk dan
ketinggalan. Data yang menjadi data primer harus diutamakan karena data ini
merupakan data yang menjadi argumen dalam penelitian. Data primer ini juga
dijadikan data dalam melakukan penyusunan laporan penelitian. Kesempurnaan
penelitian juga ditunjang dari ke validan dari datadata primer. Kegiatan pada
tahapan ini adalah inti pokok dari penelitian karena peneliti benar-benar masuk
kelapangan untuk menggali data.
c. Tahap Ketiga
Dalam tahap in peneliti sudah
mulai membawa dan menafsirkan dari data-data yan didapatkan ( reading,
interpertation, and getting straight ). Pada tahapan ini data-data
penelitian sudah mulai dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan mulai disusun
secara sistematis. Kegiatan yang dilakukan agar tahapan ini berjalan lancar
adalah pengecekan validitas data yaitu melakukan pengujian data yang didapat
melalui evaluasi pengambilan data. Hal yang diperhatikan adalah waktu, tempat,
sumber atau informan, dan alat-alat yang dipakai dalam penggalian data
dilapangan. Evaluasi ini harus sangat teliti mengingat data-data ini yang
nantinya menjadi sumber penulisan laporan penelitian.
Disamping kegiatan diatas,
selanjutnya peneliti juga melakukan reliabilitas data, yaitu pengujian terhadap
data yang sudah menjadi fokus masalah penelitian. Tujuan kegiatan ini untuk
menganalisis apakah data yang didapat dapat diandalkan dalam mempertahankan
kebenaran penelitian. Agar berjalan lancar dalam melaksanakan kegiatan ini maka
peneliti harus melakukan eksperimen data dengan membandingkan data dari tempat
lain sehingga jika didapat hasil yang sama data ini bisa dipertahankan.
Tahap ini adalah juga tahap pra
penyusunan laporan hasil penelitian. Yang pertama dilakukan adalah membuat
kerangka matrik data penelitian secara sederhana untuk dasar penulisan laporan
penelitian. Mungkin hal yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah memberikan
gambaran analisa teori yan relevan terhadap data-data penelitian yang didapat.
Dengan demikian tahapan adalah tahapan untuk memulai penulisan laporan walapun
hanya pada tahap penyusunan latar belakang masalah.
d. Tahap Keempat
Tahap ini adalah tahap terakhir
dari penelitian etnografi yaitu . Pada tahapan ini peneliti melakukan
penjelasan untuk pamit kelapangan ( leaving, explanation, getting out, and
getting oven ). Kegiatan ini dilakukan karena penelitian sudah sampai
batas waktu yang ditentukan dan juga sudah mendapatkan data-data primer yang
diperlukan secara mendalam. Kemudian peneliti pamit dengan masyarakat yang
diteliti secara baik-baik. Misalnya peneliti berpamitan terhadap tokoh
masyarakatnya, kepala birokrasi, dan dengan masyarakat pada umumnya.
Hal yang harus dilakukan adalah peneliti harus meninggalkan
kesan yang baik dengan masyarakat yang diteliti. Dengan demikian tidak ada rasa
kecewa maupun komplain terhadap penelitian yang dilaksanakannya. Sehingga jika
terjadi permasalahan terhadap penyusunan laporan penelitian yang mengharuskan
kembali ke lapangan masyarakat masih menerima dengan baik. Hubungan ini harus
dijaga dengan baik-baik. Setelah melakukan kegiatan diatas peneliti melakukan
pengolahan data, yaitu proses menganalisis dari data-data yang didapat dengan
menggunakan pendekatan pengetahuan antropologi secara teoritis dan praktis.
Pengolahan ini dilaksanakan
secara sistematis dan benar-benar mengacu pada teori-teori yang sudah
ditentukan. Pada akhir pengolahan data peneliti melakukan klasifikasi agar
tidak kesulitan dalam melakukan penyusunan laporan.dan laporan yang dimaksud
adalah laporan-laporan ilmiah tentang suatu bangsa atau laporan etnografi suku
bangsa tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dengan empat
tahapan ini maka penelitian etnografi dapat terlaksana secara sempurna. Tahapan
ini merupakan metode penelitian yang sederhana dalam melakukan penelitian
etnografi.
Keempat tahapan ini harus
dilakukan semuanya mengingat penelitian etnografi adalah penelitian yang
menekankan gagasan kebudayaan dengan terikat pada persoalan-persoalan etnis dan
lokasi geografis. Tetapi sekarang hal itu telah diperluas dengan memasukan
kelompok dalam suatu organisasi. Oleh karena, tahapan-tahapan diatas sudah
menjadi kegiatan yang saling melengkapi dan tidak bisa ditinggalkan satu-sama
lainnya. Jika salah satu tahapan tidak dilakukan maka penelitian etnografi akan
mengalami kendala yang bisa membatalkan penelitian. Dan juga penelitian akan
mengalami kegagalan serta terhenti pada proses penelitiannya.
2. Teknik Penggalian Data
dalam Penelitian Etnografi
Penelitian etnografi yang
menggunakan metode kualitatif memiliki banyak teknik dalam penggalian data.
Teknik-teknik ini yang dipakai secara lazim dalam metode penelitian etnografi
secara kualitatif. Adapun teknik penggalian data adalah sebagai berikut.
a. Teknik observasi
Teknik observasi biasa disebut
sebagai metode pengamatan lapangan. Ada empat macam metode observasi, yaitu
pengamatan biasa, pengamatan terkendali, pengamatan terlibat, dan pengamatan
penuh atau lengkap. Pengamatan biasa adalah pengamatan yang dilaksanakan
peneliti tanpa terlibat kontak langsung dengan pelaku (informan) yang
menjadi sasaran penelitiannya. Contohnya peneliti yang sedang mengamati
kemacetan lalu lintas, bisa saja ia duduk di warung tepi jalan. Ia tidak perlu
ikut terlibat dalam arus kemacetan lalu lintas tersebut.
Sama seperti pada pengamat biasa,
pada pengamatan terkendali peneliti tidak perlu mengadakan kontak emosional
dengan informan yang sedang diamatinya. Pada pengamatan terkendali peneliti
terlebih dahulu memilih secara khusus calon-calon informannya sehingga peneliti
mudah mengamatinya. Contoh, pengamatan satu masyarakat. Peneliti membatasi
hanya pada pemudanya saja. Dalam antropologi, pengamatan terlibat disebut
metode partisipasi. Metode ini merupakan metode utama penelitian-penelitian
etnografi. Perbedaan prinsip dengan kedua metode pengamatan sebelumnya terletak
pada keterlibatan peneliti yang mengadakan hubungan emosional dan sosial dengan
para informan yang sedang diamatinya. Melalui keterlibatan tersebut, peneliti
lebih memahami dan merasakan makna perilaku dan kegiatan para informan yang
sedang diteliti.
Peneliti kemudian dapat
menghayati latar belakang berbagai gejala yang sedang diamatinya, sesuai dengan
nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Permasalahannya adalah sejauh mana
keterlibatan peneliti berpartisipasi dengan objek penelitiannya. Permasalahan
lainnya adalah sejauh mana pula keingintahuan peneliti untuk memperoleh
data-data hasil penelitiannya. Oleh sebab itu, metode pengamatan terlibat
dikategorikan ke dalam tiga bentuk penelitian, yaitu keterlibatan pasif, keterlibatan
medium, dan keterlibatan aktif. Ketiga bentuk keterlibatan tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Keterlibatan pasif
Dalam keterlibatan pasif, peneliti tidak mengadakan kontak
langsung dengan para informan yang sedang diamatinya. Ia hanya berada di antara
mereka yang sedang diamatinya itu.
2) Keterlibatan medium atau
setengah
Dalam ketelibatan medium,
peneliti masuk ke dalam struktur masyarakat yang diamatinya, tetapi ia
membatasi diri sebagai “orang luar.” Ia mengadakan pengamatan dari sudut
pandangnya sendiri secara subjektif.
3) Keterlibatan aktif
Hampir sama dengan keterlibatan
setengah, dalam keterlibatan aktif faktor subjektivitas peneliti masih dominan.
Pada keterlibatan aktif, si peneliti terlibat secara aktif dalam aktivitas
objek kegiatan yang sedang diamati itu. Contohnya, seorang peneliti kegiatan
gotongroyong di suatu desa akan ikut serta bergotong-royong bersama para
informan yang sedang diamatinya. Dengan demikian, peneliti akan lebih memahami
fenomena gotong-royong di desa yang bersangkutan.
4) Teknik Pengamatan penuh
Suatu pengamatan dikatakan
lengkap atau penuh jika si peneliti mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian
dari masyarakat yang sedang ditelitinya. Ia sudah dinyatakan bukan sebagai
orang luar tetapi sudah ‘diterima dan masuk’ ke dalam struktur masyarakat yang
diamatinya itu. Dalam kondisi itu, peneliti akan mudah bergaul dengan
masyarakat setempat tanpa dicurigai. Ia akan mudah mengadakan kontak emosional
dengan anggota-anggota masyarakat informannya.
Clifford & George menjelaskan bahwa untuk mencapai
taraf demikian, pengamatan lengkap memerlukan beberapa persyaratan, antara lain
sebagai berikut.
1) Unsur peneliti
Peneliti tidak boleh memiliki hubungan-hubungan tertentu,
misalnya berasal dari suku bangsa atau kelompok masyarakat yang sama, atau
memiliki hubungan keterkaitan tertentu, seperti hubungan antara guru dan murid
atau majikan dan buruh.
2) Unsur pelaku, responden, atau
informan
Informan harus tahu betul masalah-masalah yang akan diamati
oleh peneliti sehingga mudah memberikan informasi.
3) Faktor tempat atau ruang
Setiap gejala atau fenomena yang akan diteliti, apakah
orang, peristiwa, ataukah gejala sosial budaya, harus berada dalam daerah
penelitian (field) tertentu yang sama.
4) Faktor waktu
Setiap penelitian harus berada dalam satu saat atau kurun
waktu yang telah direncanakan.
5) Peristiwa rutin
Kegiatan-kegiatan yang diamati harus merupakan kegiatan
rutin, bukan yang bersifat insidentil atau tiba-tiba.
6) Faktor ekspresi atau kejiwaan
Faktor-faktor ekspresi dan faktor-faktor kejiwaan lainnya
yang melatarbelakangi sikap, perilaku, dan tindakan para informan harus
mendapat perhatian peneliti.
7) Faktor tujuan
Tujuan penelitian harus jelas agar menjadi fokus atau pusat
penelitian. Hindari agar jangan sampai penelitian melebar atau meluas kepada
hal-hal lain yang berada di luar tujuan utamanya.
b. Teknik Wawancara
Teknik wawancara atau interview
dipakai untuk memperoleh data atau keterangan lebih jauh selain data-data
yang diperoleh melalui data observasi. Oleh sebab itu, untuk memperoleh
tanggapan yang dikehendaki, wawancara harus dilakukan dengan teknik-teknik
tertentu. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian diperoleh berdasarkan data
dan fakta yang akurat yang bersifat kualitatif.
Metode wawancara dilaksanakan melalui dua cara, yaitu
wawancara berencana dan tanpa rencana.
1) Wawancara Berencana
Wawancara berencana dilaksanakan melalui teknik-teknik
tertentu. Teknik tersebut antara lain menyusun sejumlah pertanyaan sedemikian
rupa dalam bentuk questioner atau angket.
2) Wawancara Tanpa Rencana
Wawancara tanpa rencana, seperti yang digunakan dalam teknik
questioner atau angket, dilaksanakan untuk memperoleh tanggapan yang
cukup luas menyangkut aspek-aspek kejiwaan yang sangat dalam. Misalnya,
wawancara untuk memperoleh tanggapan tentang pandangan hidup atau sistem
keyakinan dan keagamaan.
Dipandang dari bentuk
pertanyaan, kedua wawancara tersebut di atas dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu sebagai berikut.
1. Wawancara tertutup
Wawancara tertutup terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang
jawabannya sangat terbatas
2. Wawancara terbuka
Wawancara terbuka adalah lawan
dari wawancara tertutup. Jawaban pertanyaannya dapat berupa
keterangan-keterangan atau cerita-cerita yang lebih luas.
Dalam melaksanakan metode
wawancara atau interview terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan.
Ketiga hal tersebut adalah teknik bertanya dalam wawancara, persiapan
wawancara, dan pencatatan data selama wawancara berlangsung. Ketiganya harus
dilaksanakan secara berurutan agar mendapatkan data yang benar-benar tinggi
validitasnya, Teknik wawancara adalah teknik pokok dalam penggalian data pada
penelitian etnografi. Data-data yang diperoleh dari teknik wawancara ini adalah
data primer, yaitu data yang dijadikan sebagai landasan analisis dari penelitian.
Disamping itu, teknik wawancara dapat mengungkap kebenaran secara sempurna.
Dimana dengan proses wawancara peneliti benar-benar bisa mengetahui apa yang
terjadi sebenarnya dalam kajian yang diteliti. Peneliti juga dapat mengenal apa
yang disembunyikan oleh masyarakat secara mendalam dan secara mendetail.
Maka data yang didapat
benar-benar menunjang keberhasilan penelitian. Teknik wawancara ini harus
dilaksanakan dengan baik. Semaksimal mungkin tidak menyinggung perasaan dalam
proses wawancara. Pertanyaanpertanyaan yang dilancarkan oleh peneliti harus
sopan dan tidak mengandung unsur-unsur memojokan dan menyinggung perasaan nara
sumber. Wawancara yang dilakukan harus benar-benar netral.
3. Teknik Analisis dalam Penelitian Etnografi
Penelitian etnografi adalah
penelitian yang mengunakan lagkah-langkah naturalistik maka seperti diungkapkan
oleh Spradley maka analisis yang digunakan dilapangan harus langsung dilapanan
bersama-sama dengan pengumpulan data. Ada empat tahap dalam melakukan analisis
data dalam penelitian etnografi. Adapun empat analisisnya sebagai berikut.
a. Analisis Domain
Analisis domain dilakukan
terhadap data yang diperoleh dari pengamatan berperanserta atau wawancara dan
pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan. Pengamatan
deskriptif berarti mengadakan pengamatan secara menyeluruh terhadap sesuatu
yang ada dalam latar penelitian. Dalam melakukan analisa domain ini data yang
didapat sudah melalui pengecekan ulang dulu sehingga tidak terjadi
pengulangan-pengulangan dalam menganalisis. Kegiatan pengecekan ulang inilah
dimaksud juga untuk memvaliditaskan data-data yang didapat.
Dalam penelitian etnografi ada enam tahap untuk melaksanakan
analisis domain, yaitu sebagai berikut.
a) Memilih salah satu hubungan sematik yang tersedia;
b) Menyiapkan lembar analisis domain;
c) Memilih salah satu sampel catatan lapangan yang dibuat
terakhir untuk memulaianya;
d) Mencari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok
dengan hubungan semantik dari catatan lapangan;
e) Mengulani usaha pencarian domain sampai semua hubungan
semantik habis; dan
f) Membuat daftar yang ditemukan (teridentifikasi).
Keenam tahapan ini dijadikan sebagai acuan dalam melakukan
analisis dilapangan agar hasil dari laporan penelitian mampu
menggambarkan kejadian-kejadian dilapangan.
b. Analisis Taksosnomi
Setelah selesai analisis domain,
dilakukan pengamatan dan wawancara terfokus berdasarkan fokus yang sebelumnya
telah dipilih peneliti. Analisis ini sudah memasuki pada penyusunan matrik
penelitian. Kegiatan yang dilakukan adalah dari hasil pengamatan yang dipilih
dimanfaatkan untuk memperdalam data yang telah ditempatkan melalui pengajuan
sejumlah pertanyaan kontras. Data hasil wawancara terpilih dimuat dalam catatan
lapangan yang terdapat dibuku lampiran.
Dalam analisis ini ada tujuh langkah yang harus dilalui oleh
peneliti etnografi. Ketujuh langkah ini adalah sebagai berikut.
a) Memilih satu domain untuk di analisis;
b) Mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama
yang digunakan untuk domain itu;
c) Mencari tambahan isitlah bagian;
d) Mecari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang
dapat dimasukan sebagai sub bagian dari domain yang sedang dianalisis;
e) Membentuk taksonomi sementara;
f) Mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang
telah dilakukan; dan
g) Membangun taksonomisecara lengkap.
Dalam Analisi ini bentuk pra laporan sudah dapat ditulis
menjadi subsub dalam matrik data penelitian. Hasil dari analisis ini mungkin
sudah menggambarkan penelitian yang di maksud.
c. Analisis Komponen
Analisis komponen dilakukan setelah analisis taksonomi sudah
selesai secara benar. Dalam analisis ini peneliti melakukan wawancara atau
pengamatan terpilih untuk memperdalam data yang telah ditemukan melalui
pengajuan sejumlah pertanyaan kontras. Data hasil wawancara terpilih dimuat
dalam catatan lapangan-lapangan yang terdapat dalam buku lampiran. Ada delapan
langkah dalam melakukan analisis ini. Kedelapan langkah ini adalah sebagai
berikut.
a) Memilih domain yang akan dianalisis;
b) Mengidentfikasi seluruh kontras yang telah ditemukan;
c) Menyiapkan lembar paradigma;
d) Mengidentifikasi dimensi kontras yang memiliki dua nilai;
e) Mengabungkan dimensi kontras untuk ciri yan tidak ada;
f) Menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang tidak ada;
g) Mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data; dan
h) Menyiapkan paradigma lengkap.
Analisis ini sudah dekat dengan teori-teori yang
mempengaruhi masalah yang diteliti. Dalam melakukan analisis ini harus
menggunakan teoriteori antropologi yang relevan dengan masalah yang
ditelitinya.
d. Analisis Tema
Analisi tema merupakan seperangkat prosedur untuk memahami
secara holistik pemandangan yang sedang diteliti. Sebab setiap kebudayaan
terintegrasi dalam beberapa jenis pola yang lebih luas.
Tujuh cara untuk menemukan tema yaitu.
a) Melebur diri;
b) Melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan;
c) Menemukan prespektif yang lebih luas melalui pencarian
domain dalam pemandangan budaya;
d) Menguji dimensi kontras selurus domain yang telah
dianalisis;
e) Mengidentifikasi domain terorganisir;
f) Membuat gambar untuk memvisualisasi hubungan antar
domain;
h) Mencari tema universal yaitu kontradiksi budaya.
No comments:
Post a Comment