Thursday, 22 October 2015

Penelitian Etnografis

Penelitian Etnografi

Penelitian atau kajian etnografi bersifat holistik atau menyeluruh. Artinya, kajian etnografi tidak hanya mengarahkan perhatiannya kepada salah satu atau beberapa variabel tertentu saja. Bentuk holistik didasarkan pada pandangan bahwa budaya merupakan keseluruhan sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian, tujuan utama etnografi adalah mengkaji dan memahami keadaan penduduk asli atau pribumi, hubungan-hubungannya dalam semua aspek kehidupan, kesadaran mereka terhadap keadaan lingkungannya, dan pandangan hidup mereka. Oleh sebab itu, kegiatan kerja lapangan etnografi diibaratkan sebagai orang yang sedang belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dalam berbagai cara yang berbeda.
Kegiatan etnografi tidak terlepas dari teknik yang digunakan dalam melaksanakan penelitian etnografi, karena etnografi merupakan sebuah pendekatan penelitian secara teoritis. Oleh sebab itu, seorang peneliti lapangan terlebih dahulu harus mempelajari metode-metode yang terkait, apalagi bila peneliti tersebut hanya sekedar berbekal minat tanpa dilatarbelakangi profesionalisme di bidang kajian yang akan ditelitinya itu.
1. Tahapan Penelitian Etnografi
Di antara sekian banyak metodologi penelitian ilmu-ilmu sosial, metode yang paling tepat untuk penelitian etnografi adalah metode kualitatif. Pendekatan ini mengutamakan suatu kualitas data yang mendalam sehingga bisa dapat diketahui sampai pada akar permasalahan. Dalam praktiknya, metode ini menggunakan beberapa tahapan dalam melaksanakan penelitian. Adapun tahapan-tahapan penelitian etnografi menurut Jerome Kerk dan Marc. L Miler tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tahapan Pertama
Tahap pertama penelitian etnografi adalah memilih masyarakat sebagai objek penelitian. Pada tahapan ini seorang penelitian harus pandai-pandai menentukan masyarakat mana yang memliki kebudayaan yang mengakar dan masih memiliki tujuh unsur kebudayaan yang masih eksis. Penelitian etnografi menjelaskan ketujuh unsur kebudayaan tersebut. Tahap pertama ini desebut sebagai finding the field. Hal-hal yang dilakukan adalah cara-cara untuk masuk ke lapangan dengan baik dan lancar. Peneliti harus dapat masuk dalam struktur aktivitas dari masyarakat. Oleh karena itu, untuk melakasakan tahapan ini penelitian terlebih dahulu mempelajari adat-istiadat maupun kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat.
Awal penelitian sang peneliti harus mengumpulkan data-data mengenai norma dan aktivitas budaya sehari-hari dalam masyarakat. Misalnya, kebiasaan masyarakat dari bangun sampai tidur (apa yang dilakukan oleh masyarakat tersebut), tata krama, dialek bahasa, larangan-larangan atau pantangan yang dihindari oleh masyarakat, dan lain sebagainya. Setelah terkumpulan kegiatan selanjutnya adalah mendekati masyarakat secara pelan-pelan. Kegitan inilah yang paling sulit karena tingkat keberhasilan tergantung dari kepandai peneliti dalam mendekati masyarakat. Dibutuhkan kemampuan sosial yang khusus agar lancar dalam menjalani kegiatan. Tahapan ini adalah kegiatan yang penting untuk dapat melanjutkan penelitian.
b. Tahapan Kedua
Kegitan yang dilakukan peneliti pada tahapan kedua adalah melakukan investigasi untuk menemukan (Discovery) dan mengumpulkan (Getting) data. Pada kegiatan tahap kedua peneliti sudah memulai bekerja dilapangan (field work). Sebelum melaksankan kegiatan ini peneliti harus melakukan penyusunan rencana peneliti yang rapi dan matang. Peneliti membuat skala prioritas dan juga scedule penelitian. Peneliti juga harus pandai menentukan dimana tempat dan siapa yang nantinya di jadikan sampel data. Sehingga penggalian data penelitian tidak menyimpang dari arah masalah yang dikaji.
Selama melaksanakan pengumpulan data, peneliti harus tetap waspada dengan data-data yang diperoleh. Kadang data yang di dapat masih belum tentu kebenarannya. Hal ini terjadi karena faktor non teknis, misalnya kebohongan dari nara sumber dan juga kurangnya pemahaman nara sumber. Untuk mengantisipasi kejadian-kejadian demikian maka peneliti harus melakukan pengecekan ulang (cross chek) dengan nara sumber lain untuk menguatkan kebenaran data yang didapat sebelumnya. Pengecekan ini dilaksanakan dengan menanyakan kembali apa yang ditanyakan dari nara sumber satu. Dengan demikian didapat data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Pada tahapan ini penelitian harus bekeja hati-hati. Jangan sampai ada data yang dibutuhkan belum masuk dan ketinggalan. Data yang menjadi data primer harus diutamakan karena data ini merupakan data yang menjadi argumen dalam penelitian. Data primer ini juga dijadikan data dalam melakukan penyusunan laporan penelitian. Kesempurnaan penelitian juga ditunjang dari ke validan dari datadata primer. Kegiatan pada tahapan ini adalah inti pokok dari penelitian karena peneliti benar-benar masuk kelapangan untuk menggali data.
c. Tahap Ketiga
Dalam tahap in peneliti sudah mulai membawa dan menafsirkan dari data-data yan didapatkan ( reading, interpertation, and getting straight ). Pada tahapan ini data-data penelitian sudah mulai dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan mulai disusun secara sistematis. Kegiatan yang dilakukan agar tahapan ini berjalan lancar adalah pengecekan validitas data yaitu melakukan pengujian data yang didapat melalui evaluasi pengambilan data. Hal yang diperhatikan adalah waktu, tempat, sumber atau informan, dan alat-alat yang dipakai dalam penggalian data dilapangan. Evaluasi ini harus sangat teliti mengingat data-data ini yang nantinya menjadi sumber penulisan laporan penelitian.
Disamping kegiatan diatas, selanjutnya peneliti juga melakukan reliabilitas data, yaitu pengujian terhadap data yang sudah menjadi fokus masalah penelitian. Tujuan kegiatan ini untuk menganalisis apakah data yang didapat dapat diandalkan dalam mempertahankan kebenaran penelitian. Agar berjalan lancar dalam melaksanakan kegiatan ini maka peneliti harus melakukan eksperimen data dengan membandingkan data dari tempat lain sehingga jika didapat hasil yang sama data ini bisa dipertahankan.
Tahap ini adalah juga tahap pra penyusunan laporan hasil penelitian. Yang pertama dilakukan adalah membuat kerangka matrik data penelitian secara sederhana untuk dasar penulisan laporan penelitian. Mungkin hal yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah memberikan gambaran analisa teori yan relevan terhadap data-data penelitian yang didapat. Dengan demikian tahapan adalah tahapan untuk memulai penulisan laporan walapun hanya pada tahap penyusunan latar belakang masalah.
d. Tahap Keempat
Tahap ini adalah tahap terakhir dari penelitian etnografi yaitu . Pada tahapan ini peneliti melakukan penjelasan untuk pamit kelapangan ( leaving, explanation, getting out, and getting oven ). Kegiatan ini dilakukan karena penelitian sudah sampai batas waktu yang ditentukan dan juga sudah mendapatkan data-data primer yang diperlukan secara mendalam. Kemudian peneliti pamit dengan masyarakat yang diteliti secara baik-baik. Misalnya peneliti berpamitan terhadap tokoh masyarakatnya, kepala birokrasi, dan dengan masyarakat pada umumnya.
Hal yang harus dilakukan adalah peneliti harus meninggalkan kesan yang baik dengan masyarakat yang diteliti. Dengan demikian tidak ada rasa kecewa maupun komplain terhadap penelitian yang dilaksanakannya. Sehingga jika terjadi permasalahan terhadap penyusunan laporan penelitian yang mengharuskan kembali ke lapangan masyarakat masih menerima dengan baik. Hubungan ini harus dijaga dengan baik-baik. Setelah melakukan kegiatan diatas peneliti melakukan pengolahan data, yaitu proses menganalisis dari data-data yang didapat dengan menggunakan pendekatan pengetahuan antropologi secara teoritis dan praktis.
Pengolahan ini dilaksanakan secara sistematis dan benar-benar mengacu pada teori-teori yang sudah ditentukan. Pada akhir pengolahan data peneliti melakukan klasifikasi agar tidak kesulitan dalam melakukan penyusunan laporan.dan laporan yang dimaksud adalah laporan-laporan ilmiah tentang suatu bangsa atau laporan etnografi suku bangsa tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dengan empat tahapan ini maka penelitian etnografi dapat terlaksana secara sempurna. Tahapan ini merupakan metode penelitian yang sederhana dalam  melakukan penelitian etnografi.
Keempat tahapan ini harus dilakukan semuanya mengingat penelitian etnografi adalah penelitian yang menekankan gagasan kebudayaan dengan terikat pada persoalan-persoalan etnis dan lokasi geografis. Tetapi sekarang hal itu telah diperluas dengan memasukan kelompok dalam suatu organisasi. Oleh karena, tahapan-tahapan diatas sudah menjadi kegiatan yang saling melengkapi dan tidak bisa ditinggalkan satu-sama lainnya. Jika salah satu tahapan tidak dilakukan maka penelitian etnografi akan mengalami kendala yang bisa membatalkan penelitian. Dan juga penelitian akan mengalami kegagalan serta terhenti pada proses penelitiannya.
2. Teknik Penggalian Data dalam Penelitian Etnografi
Penelitian etnografi yang menggunakan metode kualitatif memiliki banyak teknik dalam penggalian data. Teknik-teknik ini yang dipakai secara lazim dalam metode penelitian etnografi secara kualitatif. Adapun teknik penggalian data adalah sebagai berikut.
a. Teknik observasi
Teknik observasi biasa disebut sebagai metode pengamatan lapangan. Ada empat macam metode observasi, yaitu pengamatan biasa, pengamatan terkendali, pengamatan terlibat, dan pengamatan penuh atau lengkap. Pengamatan biasa adalah pengamatan yang dilaksanakan peneliti tanpa terlibat kontak langsung dengan pelaku (informan) yang menjadi sasaran penelitiannya. Contohnya peneliti yang sedang mengamati kemacetan lalu lintas, bisa saja ia duduk di warung tepi jalan. Ia tidak perlu ikut terlibat dalam arus kemacetan lalu lintas tersebut.
Sama seperti pada pengamat biasa, pada pengamatan terkendali peneliti tidak perlu mengadakan kontak emosional dengan informan yang sedang diamatinya. Pada pengamatan terkendali peneliti terlebih dahulu memilih secara khusus calon-calon informannya sehingga peneliti mudah mengamatinya. Contoh, pengamatan satu masyarakat. Peneliti membatasi hanya pada pemudanya saja. Dalam antropologi, pengamatan terlibat disebut metode partisipasi. Metode ini merupakan metode utama penelitian-penelitian etnografi. Perbedaan prinsip dengan kedua metode pengamatan sebelumnya terletak pada keterlibatan peneliti yang mengadakan hubungan emosional dan sosial dengan para informan yang sedang diamatinya. Melalui keterlibatan tersebut, peneliti lebih memahami dan merasakan makna perilaku dan kegiatan para informan yang sedang diteliti.
Peneliti kemudian dapat menghayati latar belakang berbagai gejala yang sedang diamatinya, sesuai dengan nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Permasalahannya adalah sejauh mana keterlibatan peneliti berpartisipasi dengan objek penelitiannya. Permasalahan lainnya adalah sejauh mana pula keingintahuan peneliti untuk memperoleh data-data hasil penelitiannya. Oleh sebab itu, metode pengamatan terlibat dikategorikan ke dalam tiga bentuk penelitian, yaitu keterlibatan pasif, keterlibatan medium, dan keterlibatan aktif. Ketiga bentuk keterlibatan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Keterlibatan pasif
Dalam keterlibatan pasif, peneliti tidak mengadakan kontak langsung dengan para informan yang sedang diamatinya. Ia hanya berada di antara mereka yang sedang diamatinya itu.
2) Keterlibatan medium atau setengah
Dalam ketelibatan medium, peneliti masuk ke dalam struktur masyarakat yang diamatinya, tetapi ia membatasi diri sebagai “orang luar.” Ia mengadakan pengamatan dari sudut pandangnya sendiri secara subjektif.
3) Keterlibatan aktif
Hampir sama dengan keterlibatan setengah, dalam keterlibatan aktif faktor subjektivitas peneliti masih dominan. Pada keterlibatan aktif, si peneliti terlibat secara aktif dalam aktivitas objek kegiatan yang sedang diamati itu. Contohnya, seorang peneliti kegiatan gotongroyong di suatu desa akan ikut serta bergotong-royong bersama para informan yang sedang diamatinya. Dengan demikian, peneliti akan lebih memahami fenomena gotong-royong di desa yang bersangkutan.
4) Teknik Pengamatan penuh
Suatu pengamatan dikatakan lengkap atau penuh jika si peneliti mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang sedang ditelitinya. Ia sudah dinyatakan bukan sebagai orang luar tetapi sudah ‘diterima dan masuk’ ke dalam struktur masyarakat yang diamatinya itu. Dalam kondisi itu, peneliti akan mudah bergaul dengan masyarakat setempat tanpa dicurigai. Ia akan mudah mengadakan kontak emosional dengan anggota-anggota masyarakat informannya.
Clifford & George menjelaskan bahwa untuk mencapai taraf demikian, pengamatan lengkap memerlukan beberapa persyaratan, antara lain sebagai berikut.
1) Unsur peneliti
Peneliti tidak boleh memiliki hubungan-hubungan tertentu, misalnya berasal dari suku bangsa atau kelompok masyarakat yang sama, atau memiliki hubungan keterkaitan tertentu, seperti hubungan antara guru dan murid atau majikan dan buruh.
2) Unsur pelaku, responden, atau informan
Informan harus tahu betul masalah-masalah yang akan diamati oleh peneliti sehingga mudah memberikan informasi.
3) Faktor tempat atau ruang
Setiap gejala atau fenomena yang akan diteliti, apakah orang, peristiwa, ataukah gejala sosial budaya, harus berada dalam daerah penelitian (field) tertentu yang sama.
4) Faktor waktu
Setiap penelitian harus berada dalam satu saat atau kurun waktu yang telah direncanakan.
5) Peristiwa rutin
Kegiatan-kegiatan yang diamati harus merupakan kegiatan rutin, bukan yang bersifat insidentil atau tiba-tiba.
6) Faktor ekspresi atau kejiwaan
Faktor-faktor ekspresi dan faktor-faktor kejiwaan lainnya yang melatarbelakangi sikap, perilaku, dan tindakan para informan harus mendapat perhatian peneliti.
7) Faktor tujuan
Tujuan penelitian harus jelas agar menjadi fokus atau pusat penelitian. Hindari agar jangan sampai penelitian melebar atau meluas kepada hal-hal lain yang berada di luar tujuan utamanya.

b. Teknik Wawancara
Teknik wawancara atau interview dipakai untuk memperoleh data atau keterangan lebih jauh selain data-data yang diperoleh melalui data observasi. Oleh sebab itu, untuk memperoleh tanggapan yang dikehendaki, wawancara harus dilakukan dengan teknik-teknik tertentu. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian diperoleh berdasarkan data dan fakta yang akurat yang bersifat kualitatif.
Metode wawancara dilaksanakan melalui dua cara, yaitu wawancara berencana dan tanpa rencana.
1) Wawancara Berencana
Wawancara berencana dilaksanakan melalui teknik-teknik tertentu. Teknik tersebut antara lain menyusun sejumlah pertanyaan sedemikian rupa dalam bentuk questioner atau angket.
2) Wawancara Tanpa Rencana
Wawancara tanpa rencana, seperti yang digunakan dalam teknik questioner atau angket, dilaksanakan untuk memperoleh tanggapan yang cukup luas menyangkut aspek-aspek kejiwaan yang sangat dalam. Misalnya, wawancara untuk memperoleh tanggapan tentang pandangan hidup atau sistem keyakinan dan keagamaan.
Dipandang dari bentuk pertanyaan, kedua wawancara tersebut di atas dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
1. Wawancara tertutup
Wawancara tertutup terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sangat terbatas
2. Wawancara terbuka
Wawancara terbuka adalah lawan dari wawancara tertutup. Jawaban pertanyaannya dapat berupa keterangan-keterangan atau cerita-cerita yang lebih luas.
Dalam melaksanakan metode wawancara atau interview terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan. Ketiga hal tersebut adalah teknik bertanya dalam wawancara, persiapan wawancara, dan pencatatan data selama wawancara berlangsung. Ketiganya harus dilaksanakan secara berurutan agar mendapatkan data yang benar-benar tinggi validitasnya, Teknik wawancara adalah teknik pokok dalam penggalian data pada penelitian etnografi. Data-data yang diperoleh dari teknik wawancara ini adalah data primer, yaitu data yang dijadikan sebagai landasan analisis dari penelitian. Disamping itu, teknik wawancara dapat mengungkap kebenaran secara sempurna. Dimana dengan proses wawancara peneliti benar-benar bisa mengetahui apa yang terjadi sebenarnya dalam kajian yang diteliti. Peneliti juga dapat mengenal apa yang disembunyikan oleh masyarakat secara mendalam dan secara mendetail.
Maka data yang didapat benar-benar menunjang keberhasilan penelitian. Teknik wawancara ini harus dilaksanakan dengan baik. Semaksimal mungkin tidak menyinggung perasaan dalam proses wawancara. Pertanyaanpertanyaan yang dilancarkan oleh peneliti harus sopan dan tidak mengandung unsur-unsur memojokan dan menyinggung perasaan nara sumber. Wawancara yang dilakukan harus benar-benar netral.
3. Teknik Analisis dalam Penelitian Etnografi
Penelitian etnografi adalah penelitian yang mengunakan lagkah-langkah naturalistik maka seperti diungkapkan oleh Spradley maka analisis yang digunakan dilapangan harus langsung dilapanan bersama-sama dengan pengumpulan data. Ada empat tahap dalam melakukan analisis data dalam penelitian etnografi. Adapun empat analisisnya sebagai berikut.

a. Analisis Domain
Analisis domain dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pengamatan berperanserta atau wawancara dan pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan. Pengamatan deskriptif berarti mengadakan pengamatan secara menyeluruh terhadap sesuatu yang ada dalam latar penelitian. Dalam melakukan analisa domain ini data yang didapat sudah melalui pengecekan ulang dulu sehingga tidak terjadi pengulangan-pengulangan dalam menganalisis. Kegiatan pengecekan ulang inilah dimaksud juga untuk memvaliditaskan data-data yang didapat.
Dalam penelitian etnografi ada enam tahap untuk melaksanakan analisis domain, yaitu sebagai berikut.
a) Memilih salah satu hubungan sematik yang tersedia;
b) Menyiapkan lembar analisis domain;
c) Memilih salah satu sampel catatan lapangan yang dibuat terakhir untuk memulaianya;
d) Mencari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok dengan hubungan semantik dari catatan lapangan;
e) Mengulani usaha pencarian domain sampai semua hubungan semantik habis; dan
f) Membuat daftar yang ditemukan (teridentifikasi).
Keenam tahapan ini dijadikan sebagai acuan dalam melakukan analisis  dilapangan agar hasil dari laporan penelitian mampu menggambarkan kejadian-kejadian dilapangan.
b. Analisis Taksosnomi
Setelah selesai analisis domain, dilakukan pengamatan dan wawancara terfokus berdasarkan fokus yang sebelumnya telah dipilih peneliti. Analisis ini sudah memasuki pada penyusunan matrik penelitian. Kegiatan yang dilakukan adalah dari hasil pengamatan yang dipilih dimanfaatkan untuk memperdalam data yang telah ditempatkan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras. Data hasil wawancara terpilih dimuat dalam catatan lapangan yang terdapat dibuku lampiran.
Dalam analisis ini ada tujuh langkah yang harus dilalui oleh peneliti etnografi. Ketujuh langkah ini adalah sebagai berikut.
a) Memilih satu domain untuk di analisis;
b) Mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama yang digunakan untuk domain itu;
c) Mencari tambahan isitlah bagian;
d) Mecari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat dimasukan sebagai sub bagian dari domain yang sedang dianalisis;
e) Membentuk taksonomi sementara;
f) Mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang telah dilakukan; dan
g) Membangun taksonomisecara lengkap.
Dalam Analisi ini bentuk pra laporan sudah dapat ditulis menjadi subsub dalam matrik data penelitian. Hasil dari analisis ini mungkin sudah menggambarkan penelitian yang di maksud.
c. Analisis Komponen
Analisis komponen dilakukan setelah analisis taksonomi sudah selesai secara benar. Dalam analisis ini peneliti melakukan wawancara atau pengamatan terpilih untuk memperdalam data yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras. Data hasil wawancara terpilih dimuat dalam catatan lapangan-lapangan yang terdapat dalam buku lampiran. Ada delapan langkah dalam melakukan analisis ini. Kedelapan langkah ini adalah sebagai berikut.
a) Memilih domain yang akan dianalisis;
b) Mengidentfikasi seluruh kontras yang telah ditemukan;
c) Menyiapkan lembar paradigma;
d) Mengidentifikasi dimensi kontras yang memiliki dua nilai;
e) Mengabungkan dimensi kontras untuk ciri yan tidak ada;
f) Menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang tidak ada;
g) Mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data; dan
h) Menyiapkan paradigma lengkap.
Analisis ini sudah dekat dengan teori-teori yang mempengaruhi masalah yang diteliti. Dalam melakukan analisis ini harus menggunakan teoriteori antropologi yang relevan dengan masalah yang ditelitinya.
d. Analisis Tema
Analisi tema merupakan seperangkat prosedur untuk memahami secara holistik pemandangan yang sedang diteliti. Sebab setiap kebudayaan terintegrasi dalam beberapa jenis pola yang lebih luas.
Tujuh cara untuk menemukan tema yaitu.
a) Melebur diri;
b) Melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan;
c) Menemukan prespektif yang lebih luas melalui pencarian domain dalam pemandangan budaya;
d) Menguji dimensi kontras selurus domain yang telah dianalisis;
e) Mengidentifikasi domain terorganisir;
f) Membuat gambar untuk memvisualisasi hubungan antar domain;

h) Mencari tema universal yaitu kontradiksi budaya.

No comments:

Post a Comment