Friday, 26 February 2016

Instrumen Penelitian Tes dan Dokumentasi

Instrumen Penelitian Tes dan Dokumentasi

A.     Instrumen Penelitian
Setelah menentukan desain penelitian, langkah selanjutnya dalam pelaksanaan penelitian adalah membuat atau menetapkan instrumen penelitian. Dalam menentukan jenis instrumen yang akan digunakan, beberapa hal yang harus dipertimbangkan seorang peneliti,yaitu:
1.      jenis variabel yang hendak diukur,
2.      jumlah sampel penelitian,
3.      lokasi responden,
4.      ada tidaknya staf peneliti yang terlatih,
5.      dana dan waktu yang tersedia serta
6.      metode pengumpulan data yang dipilih.

B.   Menemukan atau Mengembangkan Instrumen
Creswell (2012) mengemukakan bahwa ada tiga pilihan untuk mendapatkan instrument yang akan digunakan, yaitu:
  1. Mengembangkan sendiri
Instrumen untuk mengukur variabel dalam penelitian mungkin tidak tersedia dalam kepustakaan atau tidak tersedia secara komersial. Bila hal ini terjadi, maka peneliti harus melakukan pengembangan instrument. Mengembangkan instumen tersebut terdiri atas beberapa langkah, seperti mengidentifikasi maksud instrument, melakukan tinjauan terhadap kepustakaan, menulis pertanyaan, dan menguji pertanyaan pada individu yang serupa dengan yang direncanakan untuk diteliti.

  1. Menemukan dan kemudian memodifikasinya
Memodifikasi instrument berarti menemukan instrument yang sudah ada, mendapatkan ijin untuk mengubahnya, dan membuat berbagai perubahan agar cocok dengan kebutuhan. Biasanya, penulis instrument aslinya akan meminta salinan versi yang sudah dimodifikasi dan hasil yang didapatkan dari penelitian, sebagai pertukaran untuk penggunaan instrumennya.

  1. Menemukan dan kemudian menggunakannya secara keseluruhan


C.   Tes dan Dokumentasi
Teknik-teknik pengumpulan data antara lain tes, angket/kuesioner, wawancara, dokumentasi, pengamatan, dan pencatatan. Namun dalam tulisan ini pembahasan hanya pada teknik pengumpulan data tes dan dokumentasi.
1.    Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Creswell (2012) mengemukakan jenis-jenis tes berdasarkan unjuk kinerja, sebagai berikut:
a.      Tes prestasi-tes beracuan norma yaitu tes di mana nilai individu adalah ukuran seberapa baik dia dibandingkan dengan sekelompok besar orang yang mengerjakan tes itu.
Contohnya : tes ulangan harian, UAN, UTS, UAS, Iowa Tests of Basic Skills (ITBS), yaitu tes yang dikembangkan di Amerika digunakan untuk mengukur kemampuan dasar.
b.      Tes beracuan-kriteria adalah tes di mana nilai individu adalah ukuran dari seberapa baik dia dibandingkan dengan kriteria atau skor.
Contohnya : General Education Development (GED) test yaitu suatu tes yang misalnya digunakan untuk melanjutkan S1 tapi belum lulus SMP dan SMA secara formal.
c.      Tes intelegensi/kecerdasan yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual seseorang.
Contohnya : tes IQ misalnya Wechsler Adult Intelligence Scale.
d.      Tes bakat yaitu tes yang mengukur kemampuan seseorang untuk memperkirakan bagaimana kinerjanya di waktu mendatang atau dalam situasi yang berbeda.
Contohnya : kemampuan bakat binet-simon, skala untuk mengidentifikasi tingkat mental seorang anak.
e.      Inventori minat adalah tes yang memberikan informasi tentang minat individu dan membantu mereka membuat pilihan karier.
Contohnya : Strong Interest Inventory
f.       Asesmen kepribadian atau personality test, yaitu tes yang membantu seseorang mengidentifikasi dan mengukur ciri khusus manusia yang membantu memprediksi atau menjelaskan perilaku dari waktu ke waktu dan di berbagai situasi.
Contohnya : Minnesota, Multhophasic, Personality Inventory

Margono (2014) mengemukakan dua bentuk tes yang sering dipergunakan sebagai alat ukur, sebagai berikut:
a.         Tes lisan, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara lisan juga.
b.         Tes tertulis, yaitu sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara tertulis juga.
Tes tertulis dibedakan dalam dua bentuk berikut ini:
1.     Tes esai (essay test), yaitu tes yang menghendaki agar testee memberikan jawaban dalam bentuk uraian atau kalimat-kalimat yang disusun sendiri.
2.     Test objektif, adalah suatu tes yang disusun di mana setiap pertanyaan tes disediakan alternative jawaban yang dapat dipilih. Tes ini dapat menghasilkan skor yang konstan, tidak tergantung kepada siapapun yang memberi skor, karena pemberi skor tidak dipengaruhi oleh sikap subjektivitas.  Berikut ini beberapa bentuk tes objektif:
·         Tes betul-salah (true false items)
·         Tes pilihan  ganda (multiple choice items)
·         Tes menjodohkan (matching items)
·         Tes melengkapi (completion items)
·         Tes jawaban singkat (short answer items)


Reliabilitas dan Validitas Instrumen tes
a.      Reliabel
Creswell (2012) mengemukakan bahwa reliabel berarti nilai-nilai dari suatu instrument selalu stabil dan konsisten. Nilai-nilai seharusnya mendekati sama saat peneliti mengguji instrument berulang kali dalam waktu yang berbeda. Nilai-nilai juga harus konsisten. Saat seorang individu menjawab soal yang sama, seseorang harus menjawab secara konsisten mendekati pertanyaan yang sama.
b.      Valid
Creswell (2012) mengemukakan bahwa validitas menjadi sebuah bukti yang menunjukkan bahwa penafsiran tes (terhadap nilai tentang konsep atau konstruk yang asumsinya diukur oleh tes) sesuai dengan tujuan penggunaannya.

2.    Dokumentasi
·           Dokumentasi adalah tipe data berupa catatan yang ditulis tangan tentang berbagai dokumen atau dokumen yang dipindai dengan optik.
·           Definisi tipe data catatan publik misalnya notulen rapat dan pribadi misalnya catatan harian yang tersedia bagi peneliti.

a.    Jenis pengumpulan dokumentasi :
1)     Buat jurnal (catatan harian) selama penelitian.
2)     Perintahkan seseorang partisan untuk membuat catatan harian selama penelitian.
3)     Mengumpulkan surat pribadi dari partisipan.
4)     Menganalisis dokumen public (misalnya, memo resmi, notulen rapat, rekaman atau bahan arsip).
5)     Menganalisis dokumen sekolah (misalnya, presensi, tingkat retensi, tingkat dropout, atau rujukan kedisiplinan).
6)     Memeriksa autobiografi dan biografi.
7)     Mengumpulkan atau menggambar peta dan bagan tempat duduk.
8)     Memeriksa portofolio atau contoh hasil karya siswa yang tidak terlalu formal.
9)     Mengumpulkan surel atau data elektronik.
b.    Kelebihan  dan kelemahan dokumentasi:
       Berikut ini adalah kelebihan dari data dokumentasi :
1)     Dokumen merepresentasikan sumber yang baik untuk data teks (kata) untuk penelitian kualitatif.
2)     Dokumen menggunakan bahasa dan kata-kata partisipan, yang biasanya memberikan perhatian yang cermat terhadap dokumen itu sendiri.
3)     Dokumen siap dianalisis tanpa transkripsi seperti yang dibutuhkan pada data observasi dan wawancara.
       Berikut ini adalah kekurangan dari data dokumentasi :
1)     Dokumen kadang sulit ditemukan dan diperoleh. Informasi mungkin tidak tersedia bagi publik. Informasi berlokasi dalam arsip di tempat jauh yang mengharuskan peneliti menempuh perjalanan yang makan waktu dan bisa mahal.
2)     Kemungkinan dokumen bisa tidak lengkap, tidak autentik, atau tidak akurat.
c.    Mengumpulkan dokumentasi dalam penelitian kuantitatif:
1)     Mengidentifkasi tipe dokumen yang dapat memberikan informasi yang berguna untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian kualitatif Anda.
2)     Mempertimbangkan dokumen publik dan dokumen pribadi sebagai sumber informasi untuk penelitian Anda.
3)     Setelah dokumen ditemukan, mencari izin menggunakannya dari individu berwenang yang tepat, yang bertanggung jawab atas bahan-bahan itu.
4)     Jika Anda meminta partisipan untuk membuat catatan harian, berikan instruksi spesifik tentang prosedurnya. Pedoman-pedoman ini mungkin termasuk topic dan format apa yang akan digunakan, panjang entri jurnal, dan pentingnya menuliskan pikiran mereka secara jelas.
5)     Setelah Anda mendapatkan izin untuk menggunakan dokumen, periksa akurasi, kelengkapan, dan kegunaannya dalam menjawab pertanyaan penelitian Anda.
6)     Mencatat informasi dari dokumen. Proses ini bisa memiliki beberapa bentuk, termasuk membuat catatan tentang dokumen atau, bilamana mungkin, memidai secara optik sehingga tercita fail teks (kata-kata) untuk masing-masing dokumen. Anda dapat memindai cerita di surat kabar untuk membentuk basis-data teks kualitatif.


Daftar Pustaka
Creswell, J.W. 2015. RISET PENDIDIKAN, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset Kualitatif dan Kuantitatif Edisi Kelima. (Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Creswell, J. W. (2012). Planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research (4th Eds.). Boston, MA: Pearson Education


Sahayu, W. (n. d.) Metodologi penelitian. Diakses tanggal 11 Oktober 2015 dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dra-wening-sahayu-mpd/metodologi-penelitian.pdf.

STRATEGI PENGAMBILAN SAMPEL dan NON Probability sampel

STRATEGI PENGAMBILAN SAMPEL BERTUJUAN/SUBYEK PENELITIAN –
NON-PROBABILITY SAMPLE
Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki (Victorianus Aries Siswanto, 2012: 43).
­Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2010: 84).
Dalam sampel non probabilitas sukar untuk menentukan jumlah kesalahan sampling, sehingga peneliti tidak dapat menggeneralisasikan secara langsung beberapa temuannya dengan populasi yang lebih besar. Ini karena populasi yang ada sebagian besar tidak teridentifikasi dengan salah satu atau semua variasi sampling nonprobabilitas.
Teknik pengambilan sampel non-probability yaitu :
1.      Sampling Sistematis (punya tujuan tertentu, yang absennnya ganjil, nim kelipatan 5), tandingannya dengan random sampling
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut (Sugiyono, 2010: 84). Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sampel adalah nomor 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.
2.      Sampling Kuota
Sampling kuota adalah metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan (Soeratno dan Lincoln Arsyad, 2008: 111). Misalnya sejumlah mahasiswa tingkat sarjana dari beberapa universitas tertentu yang bekerja sambil belajar, atau sejumlah guru dalam bidang-bidang studi tertentu yang pernah mendapat penataran. Misalnya untuk mengetahui pendapat mereka tentang manfaat penataran bagi peningkatan mutu pengajaran. Peneliti dapat menentukan bidang studinya serta jumlah guru atau kuota tiap bidang studi yang diinginkan misalnya untuk diwawancarai.
3.      Sampling Aksidental/Insidental (Convenience Sampling)
Sampling aksidental adalah sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada (Soeratno dan Lincoln Arsyad, 2008: 112). Misalnya menanyakan siapa saja yang dijumpai ditengah jalan untuk diminta pendapat mereka tentang sesuatu seperti: kenaikan harga, peraturan lalu lintas, keamanan dalam perjalanan, dan sebagainya.
Dengan cara seperti ini tentu sampel yang didapat tidak representative. Oleh karena itu, tidak mungkin diambil suatu kesimpulan yang bersifat generalisasi. Namun demikian, metode ini sangat mudah, murah, dan dan cepat untuk dilakukan.

4.      Purposive Sampling
Penentuan sampel ini dilakukan dengan mengambil sampel yang memiliki ciri-ciri sehubungan dengan masalah penelitian (Victorianus Aries Siswanto, 2012: 48).
Misal: pendapat konsumen rokok
Pada saat pengambilan sampel, peneliti harus memilih responden yang merokok, misalnya menanyakan terlebih dahulu apakah responden merokok? Jika memang merokok, selanjutnya peneliti memberi kuesioner.
Contoh lainnya adalah misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya dalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah oaring yang ahli politik.
5.      Saturation Sampling
Sampling dapat dikatakan jenuh (saturation) jika seluruh populasi dijadikan sampel (Soeratno dan Lincoln Arsyad, 2008: 113). Misalnya semua petani di sebuah desa atau semua ekonom di suatu kota dijadikan sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil. Populasi dikatakan “kecil” jika jumlahnya jauh di bawah 1.000 orang. Sampling jenuh dapat dilakukan bagi kelompok yang kecil. Jika jumlah populasi besar, misalnya lebih dari 1.000 orang, maka sampling jenuh tidak praktis lagi karena biaya dan waktu terlampau banyak misalnya untuk melakukan wawancara dan pengolahannya. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2010: 85).
6.      Snowball Sampling
Snowball sampling  adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar (Sugiyono, 2010:219). Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data yang dipandang lebih tahu dan dan dapat melengkapi data yang derikan oleh sumber data sebelumnya. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.
7.      Dimentional Sampling
Ini adalah penyederhanaan sampling kuota yang digunakan untuk mengurangi ukuran sampel. Peneliti mengidentifikasi kelompok faktor (dimensi) yang akan dijadikan sampel, dan mendapatkan satu responden (atau lebih) untuk setiap kelompok, yaitu responden yang membawa lebih dari satu faktor, misalnya karyawan junior yang merupakan pembicara bukan-Inggris asli.
8.      Volunteer Sampling
Teknik voluntary adalah teknik yang dilakukan jika satuan sampling dikumpulkan atas dasar sukarela. Sukarelawan mungkin bermaksud baik, namun mereka tidak dapat mewakili populasi yang banyak. Para sukarelawan memiliki motif yang berbeda seperti menolong seorang teman, tertarik dengan penelitian, ingin bermafaat bagi masyarakat.
9.      Theoretical Sampling
Theoretical Sampling adalah proses mengumpulkan data dimana peneliti harus mengumpulkan data yang memadai untuk dapat menghasilkan dan meng'ground' teori dalam konteks penelitian, yaitu untuk membuat penjelasan teoritis tentang apa yang terjadi dalam situasi tersebut, tanpa data apapun yang tidak sesuai dengan teori.
Hasil peneliti dalam mengumpulkan lebih banyak data sampai teori tetap tidak berubah, sampai tidak ada modifikasi pada teori yang dihasilkandalam metode perbandingan yang konstan.

Referensi :
Cohen, L., Manion, L. & Morrison, K. 2011. Research methods in education.London, UK: Routledge.
Sugiyono. 2010. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Siswanto, Victorianus Aries. 2012. Strategi dan langkah-langkah penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soeratno, Lincoln Arsyad. 2008. Metodologi penelitian : Untuk ekonomi dan bisnis. Yogyakarta: Unit penerbit dan percetakan.


TEKNIK SAMPLING

TEKNIK SAMPLING

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Terdapat berbagai teknik sampling yang dapat digunakan dalam penelitian, yang dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non-Probability Sampling (Sugiyono, 2012).
Pada tugas kali ini, kami akan menjelaskan hasil diskusi kami tentang probability sampling. Berikut penjelasannya:
A.      PROBABILITY SAMPLING
1.    Pengertian
Suatu teknik sampling yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Suharsimi, 2002). Pengambilan sampel dimana selalu melibatkan proses pengacakan pada setiap langkah. Probability sampling merupakan suatu metode pemilihan ukuran sampel dari populasi dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan penggabungannya yang diseleksi sebagai sampel juga mempunyai peluang yang sama (Weirsma).
2.    Jenis-Jenis Probability Sampling
a.         Simple Random Sampling
Simple Random Sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012). Simple Random Sampling dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen yang hanya mengandung satu ciri. Simple Random Sampling dapat dilakukan dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak, dsb.
Contoh :
Pengambilan sampel dari populasi siswa SMP tanpa memperhatikan kelas dan sebagainya
b.      Systematic Random Sampling
System Random Sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak dan secara sistematik. Startegi ini memilih sampel melalui peluang dan suatu sistem. Sistem yang dimaksud adalah strategi yang direncanakan untuk memilih anggota setelah memulai pemilihan acak. Pengambilan sampel dari nomor subyek dengan jarak yang sama.
Contoh :
Dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25.
c.         Proportionate Stratified Random Sampling
Proportionate Stratified Random Sampling adalah teknik sampling yang digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2012).
Apabila peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi atas tingkat-tingkat atau strata, maka pengambilan sampel tidak boleh dilakukan secara random. Adanya strata, tidak boleh diabakan, dan setiap strata harus diwakili sebagai sampel (Suharsimi, 2002). Sebagai contoh suatu organisasi atau perusahaan yang memiliki pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstarata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1=45, S2=30, STM=800, ST=900, SMA=400, SD=300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.


d.        Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproportionate Stratified Random Sampling adalah teknik sampling yang digunakan bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional (Sugiyono, 2012).
Misalnya pegawai perusahaan X dari divisi produksi mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan 4 orang lulusan S2 itu diambil semuanya sebagai sampel, karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.
e.         Cluster Random Sampling (Area Sampling)
Cluster Random Sampling merupakan penyeleksian sampel dalam kelompok bukan menyeleksi individu secara terpisah. Teknik ini digunakan apabila di dalam populasi terdapat kelompok-kelompok yang mempunyai ciri sendiri-sendiri. Cluster Random Sampling merupakan teknik sampling daerah yang digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten (Sugiyono, 2012).
Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampel ditetapkan secara bertahap dari wilayah yang luas (negara) sampai ke wilayah terkecil (kabupaten). Setelah terpilih sampel terkecil, kemudian baru dipili sampel secara acak. Misalnya di Indonesia terdapat 34 propinsi, dan sampel akan menggunakan 17 propinsi, maka pengambilan 17 propinsi tersebut dilakukan secara random (acak). Tetapi perlu diingat karena propinsi-propinsi di Indonesia berstrata (tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan Stratified Random Sampling. Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat, ada yang tidak, ada yang mempunyai hutan yang banyak ada yang tidak, ada yang kaya bahan tambang dan ada yang tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapat ditetapkan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah dan tahap kedua menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.


Macam-macam Cluster Random Sampling
1)      Single Stage Cluster Sampling
Jika semua anggota cluster menjadi sampel.
2)      Multi Stage Cluster Sampling
Jika suatu cluster terdiri dari cluster-cluster lagi dan sampel diambil dari cluster dibawahnya.

B.     DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Elder, S. (2009). ILO School-to-Work Transition survey: A Methodological Guide. Geneva: International Labour Office.